Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat kenaikan timbunan sampah sebesar 20 persen saat Ramadan karena sampah kemasan makanan.
Hal ini disampaikan Direktur Pengurangan Sampah KLHK, Sinta Saptarina pada Diskusi Pojok Iklim pada Rabu (5/4/2021).
Ia menyayangkan seharusnya bulan Ramadhan menjadi momentum bagi umat muslim di seluruh dunia untuk memaksimalkan kebaikan, termasuk dalam hal menjaga bumi dan seisinya.
“Pada bulan Ramadhan kita dituntut untuk menahan diri dan menahan nafsu. Namun demikian, timbulan sampah di bulan Ramadhan justru tercatat naik 20 persen dikarenakan jumlah sisa makanan dan sampah kemasan," kata Sinta.
Sinta menjelaskan bahwa volume timbulan sampah di Kota Surabaya mengalami peningkatan selama bulan Ramadhan.
Saat kondisi normal, sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo Surabaya per hari mencapai sekitar 1.500-1.600 ton.
Jumlah sampah tersebut meningkat 100-200 ton per hari di bulan Ramadhan.
Contoh lainnya yaitu laporan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan yang mencatat kenaikan timbulan sampah sebesar 5-10% dibandingkan hari biasa, yakni sekitar 970 ton per hari.
Selanjutnya berdasarkan data KLHK, sampah organik berupa sisa makanan mendominasi komposisi sampah tertinggi di Indonesia mencapai 41,2%, diikuti oleh sampah plastik 18,2%.
Sementara berdasarkan sumber, sampah rumah tangga menyumbang jumlah sampah nasional terbesar mencapai 39.2%.
Baca juga: Borong Kuliner UMKM, Relawan Sandi Uno Bagikan Takjil ke Pengguna Jalan di Pringsewu Lampung
Apabila sampah tidak dapat terkelola dengan baik, Sinta meyakini sampah dapat berdampak buruk bagi kesehatan, memiliki potensi pencemaran lingkungan, hingga peningkatan emisi karbon dari sektor sampah.
KLHK mengajak masyarakat Indonesia untuk mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan di sepanjang bulan puasa dengan menggunakan semboyan 'Ramadhan Minim Sampah'.
Sinta kemudian mencontohkan sejumlah langkah sederhana yang dapat dilakukan selama bulan Ramadhan.
Diantaranya dengan membawa wadah makanan guna ulang dan tas belanja sendiri saat membeli takjil, mengkonsumsi makanan secukupnya, hingga memilah sampah dari rumah guna mendorong ekonomi sirkular.
“Berbagai langkah sederhana ini dapat memberikan keteladanan bagi masyarakat lainnya untuk bersama-sama merubah perilaku agar lebih ramah lingkungan,” kata Sinta.