News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2023

3 Khutbah Jumat Lailatul Qadar, Dalam Rangka Menyambut 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi khutbah Jumat Lailatul Qadar - Simak 3 Khutbah Jumat Lailatul Qadar, dalam rangka menyambut 10 hari terakhir bulan Ramadhan, Khotib Sholat Jumat memberikan Khutbah Jumat.

TRIBUNNEWS.COM - Inilah tiga Khutbah Jumat Lailatul Qadar.

Dalam rangka menyambut 10 hari terakhir bulan Ramadhan, Khotib Sholat Jumat dapat memberikan Khutbah Jumat Lailatul Qadar.

Khutbah Jumat Lailatul Qadar dapat menambah keyakinan atas rahmat Allah SWT di malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Dengan mendengarkan Khutbah Jumat Lailatul Qadar, umat Islam diharapkan dapat berlomba-lomba untuk meraih kebaikan di bulan Ramadhan.

Momen Lailatul Qadar juga bisa menjadi momen untuk memperbaiki kualitas hidup.

Simak 3 Khutbah Jumat Lailatul Qadar yang Tribunnews himpun berikut ini.

Baca juga: Ciri Orang yang Dapat Lailatul Qadar, Beserta Cara Memaksimalkan Ibadah di 10 Hari Terakhir Ramadhan

1) Menjemput Lailatul Qadar
(Dikutip dari MUI Kota Semarang)

Ma’asyiral Muslimin Yarhamukumullah.

Ma’asyiral Muslimin Yarhamukumullah.

Mari kita meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. agar kita selalu dalam rahmat dan riḍa-Nya. Alhamdulillah saat ini kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk dapat melakukan berbagai amal ṣalih di bulan yang penuh berkah, yang di dalamnya terdapat sebuah malam yang sangat mulia, yaitu “Lailatul Qadar”. sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.

Syaikh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, menukil perkataan Imam Mujahid, bahwa Nabi Muhammad Saw. pernah bercerita: Pada zaman dahulu ada seorang lelaki dari kalangan Bani Israil yang setiap malam melakukan qiyam (ṣalat malam) hingga pagi hari, kemudian di siang harinya ia berjihad di jalan Allah hingga petang hari. Dia mengerjakan amalan ini selama seribu bulan, lalu Allah menurunkan firman-Nya:

“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan”. (Al-Qadar: 3).

Syaikh Jalaludin Al-Mahalli dan Syaikh Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab tafsirnya AlJalalain, bahwa yang dimaksud ayat:

“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan”. (Al-Qadar: 3) adalah “ beramal ṣalih pada malam itu pahalanya jauh lebih besar dan lebih baik daripada beramal ṣalih yang dilakukan selama seribu bulan yang tidak mengandung lailatul qadar”.

Jamaah salat Jum’at Rahimakumullah.

Lailatul qadar diturunkan oleh Allah satu kali dalam satu tahun di bulan Ramaḍan.

Imam Syafi‟i berpendapat sebagaimana dikutip oleh Syaikh Zakariyya al-Anshari dalam Fath al-Wahhab bahwa lailatul qadar kemungkinan besar terjadi pada malam 21 atau malam 23 Ramaḍan.

Namun berdasarkan banyak riwayat, ada yang mengatakan tanggal; 17, 20, 21, 23, 25, 27, dan 29 bulan Ramaḍan. Ini mengandung pesan sangat penting bagi kaum muslim agar ikhtiar dengan sungguh-sungguh pada semua malam Ramaḍan, dan terutama pada sepuluh malam terakhirnya untuk jihad amal ṣalih fi riḍaillah.

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:

“Dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: „Carilah lailatul qadar itu dalam malam sepuluh hari terakhir dari bulan Ramaḍan.” (Muttafaq „alaih)

Syaikh Abu Sa'id Al-Khudri berkata; bahwa Rasulullah Saw. melakukan i'tikaf di malam-malam sepuluh pertama bulan Ramaḍan, dan kami pun ikut i'tikaf bersamanya.

Lalu datanglah Jibril dan mengatakan kepadanya, "Sesungguhnya yang engkau cari berada di depanmu."

Maka Nabi Saw. melakukan i'tikaf pada malam-malam pertengahan (sepuluh kedua) bulan Ramadan, dan kami ikut beri'tikaf bersamanya.

Oleh karena itu jika kita ingin menjemputnya, perbanyaklah amalan ibadah di bulan Ramaḍan; berpuasa di siang hari dan taqarrub illah di malam hari, baik di malam yang ada lailatul qadarnya maupun pada malam-malam yang tidak ada lailaul qadarnya dengan cara memperbayak; ṣalat malam (qiyamul lail), i‟tikaf, żikir, tadarus al-Qur‟an, dan sejenisnya disertai banyak do‟a, di antaranya:

“Dari Sayyidah Aisyah ra. Ia bercerita, Ia pernah bertanya, „Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mengerti sebuah malam itu adalah lailatul qadar. Apa doa yang harus kubaca? Rasulullah Saw. menjawab, bacalah; Allāhumma innaka afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annī, (Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang mohon ampun, maka ampunilah aku) (HR . Lima Imam Hadits kecuali Imam Abu Dawud. Hadits ini diakui ṣahih oleh Imam A-Tirmidzi dan Al-Hakim).

Ada pula hadits riwayat Imam At-Tirmidzi:

“Dari Sayyidah Aisyah ra, Ia bercerita, Ia pernah bertanya, „Wahai Rasulullah, jika aku kedapatan menjumpai lailatul qadar, apa doa yang harus kubaca?‟ Rasulullah Saw menjawab; Bacalah, Allāhumma innaka afuwwun karīmun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annī. (HR At-Tirmidzi).

Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Membumikan Al-Qur‟an (1999) menjelaskan, bahwa Nabi Muhammad Saw. melakukan i‟tikaf pada sepuluh hari dan malam terakhir bulan puasa.

Di sanalah Beliau bertadarus dan merenung sambil berdoa.

Salah satu doa yang paling sering beliau baca dan hayati maknanya adalah:

(Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka).

Jamaah Ṣalat Jumat Rahimakumullah.

Khutbah sederhana ini dapat disimpulkan bahwa;

1. Di dalam bulan Ramaḍan, terdapat sebuah malam yang sangat mulia yang diesebut “Lailatul Qadar”.

Siapa yang beramal ṣalih pada malam itu pahalanya jauh lebih besar dan lebih baik daripada beramal ṣalih yang dilakukan selama seribu bulan yang tidak mengandung Lailatul Qadar.

2. Ikhtiar menjemput kemuliaan malam istimewa Lailatul Qadar, harus diwujudkan dengan jihad ibadah dan amal ṣalih dari awal Ramaḍan secara istiqamah, berpuasa di siang hari dan taqarrub ilallah di malam hari mencari riḍa Allah SWT. Demikian yang dapat khatib sampaikan, semoga bermanfaat.

Baca juga: Bacaan Dzikir Malam Lailatul Qadar, serta Amalan yang Dilakukan di 10 Hari Terakhir Ramadhan

2) Memburu Malam Seribu Bulan
(Dikutip dari Pa-Sanggau.go.id)

Bulan Ramadhan ini merupakan bulan yang begitu istimewa bagi para mukmin di seluruh dunia. Mengapa demikian ? Alloh SWT telah memberikan rahmat-Nya di bulan tersebut dengan mewajibkan puasa sebagai bagian bentuk dari ketakwaan kita kepada Alloh SWT.

Bagi mereka yang menjalankan puasa tersebut, maka Allah SWT secara langsung memberikan balasan kepada hambahamba-Nya itu sebagaimana yang terdapat dalam hadits qudsi.

Selain itu, keistimewaan lainnya adalah dilipatgandakannya amal-amal yang dikerjakan selama bulan suci Ramadhan.

Tidak hanya sampai disitu, di bulan Ramadhan pula Al-Qur’an diturunkan. Keistimewaan tersebut menjadi terasa sempurna ketika di bulan Ramadhan pula terdapat lailatul qadr sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al Qadr sebagai berikut:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.(3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.(4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.(5)”

Dalam kitab Tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin As Suyuti dan Imam Jalaluddin Al Mahalli disebutkan bahwa yang di maksud “malam kemuliaan lebih baik dari 1000 bulan” adalah amal-amal shaleh (ibadah) yang kita lakukan di malam tersebut lebih baik daripada melakukannya di malam-malam selainnya.

Anas bin Malik ra menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keutamaan disitu adalah bahwa amal ibadah seperti shalat, tilawah al-Qur'an, dan dzikir serta amal sosial (seperti shodaqoh dana zakat), yang dilakukan pada malam itu lebih baik dibandingkan amal serupa selama seribu bulan (tentu di luar malam lailatul qadr sendiri).
Dalam riwayat lain Anas bin Malik juga menyampaikan keterangan Rasulullah SAW bahwa sesungguhnya Allah mengkaruniakan " lailatul qadr" untuk umatku, dan tidak memberikannya kepada umat-umat sebelumnya.

Apa itu lailatul qadr ? Kapan malam tersebut datang sehingga kita dapat melaksanakan amal-amal sholeh yang balasannya setara dengan 1000 bulan, atau lebih tepatnya 80 tahun lebih 4 bulan ?
Sebagaimana yang diterangkan oleh Wahbah Az Zuhaili dalam kitabnya Tafsir Munir bahwa Lailatul Qadr merupakan suatu malam yang mulia karena pada malam tersebut diturunkan Al-Qur’an.
Di malam itu juga turun para malaikat dan malaikat Jibril untuk memohonkan kepada Alloh SWT untuk meemberikan cahaya-cahaya, keeberkahan, keutamaan, dan kebaikan kepada hamba-hamba Alloh SWT yang beribadah (melakukan amalam sholih) di malam tersebut.

Selain itu dalam Tafsir Ibnu Katsir juga dijelaskan bahwa Lailatur Qadr disebut dengan malam yang mulia karena AllahSWT telah mengkhabarkan sesungguhnya Ia telah menurunkan Al-Quran padamalam Lailatul Qadar.

Allah berfirman dalam surat Ad-Dukhon : 3, yaitu:

"Sesungguhnya kami turunkannya di malam yg barakah".

Inilah yang kemudian dikenal sebagai malam Al-Qadar yg berada didalam bulan Ramadhan sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 185 yaitu:

"Bulan Ramadan adalah bulan yang didalamnya diturunkan Al-Quran".

Berkata Ibnu Abbas bahwa Allah SWT telah menurunkan Al-Quran keseluruhannya (secara total) dari Lauhul Mahfuz ke Baitul 'Izzah dari langit dunia kemudian ia diturunkan secara berpisah dan berperingkat selama 23 tahun keatas Nabi SAW, kemudian firman Allah beliau memuliakan Lailatul Qadar dimana Allah SWT telah mengizinkan penurunan Al-Quran.

Adapun mengenai waktu hadirnya lailatul qadr terdapat beberapa perbedaan pendapat dari para ulama. Kemungkinan hal ini terjadi karena lailatul qadr memiliki waktu yang berbeda-beda disetiap tahunnya.

Adapun beberapa pendapat mengenai waktu hadirnya lailatul qadr di bulan Ramadhan adalah sebagai berikut: 1. Dalam kitab Hasyiyah Showi ‘Ala tafsir Jalalain karangan Syeikh Ahmad bin Muhammad As Showi Al Maliki, disebutkan bahwa:

“Dari Abi Al Hasan As Syadzili (mengatakan bahwa) jika awal puasa hari ahad, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 29, jika awal puasa hari senin, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 21, jika awal puasa hari selasa, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 27, jika awal puasa hari rabu, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 19, jika awal puasa hari kamis, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 25, jika awal puasa hari jum’at, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 17, jika awal puasa hari sabtu, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 23.”

2. Dalam kitab Hawasyi Tuhfatul Muhtaj bi Syarhil Minhaj karya Imam Ibnu Hajar Al Haitami dalam pembahasan lailatul qadr disebutkan bahwa:

“Para ulama’ menyatakan mengenai ketentuan (hadirnya lailatul qadr) dan sebagian dari mereka menyatakan dalam bentuk nadhom (syair) sebagai berikut:

• Sesungguhnya kami semuanya jika berpuasa (awal ramadhan) di hari jum’at maka ambillah tanggal 29 sebagai lailatul qadr

• Dan jika hari sabtu merupakan hari puasa kami maka berpeganglah pada tanggal 21 (akan datangnya lailatul qadr) tanpa ada pertentangan (sepakat)

• Jika awal puasa hari ahad maka tetapkanlah tanggal 27 (hadirnya lailatul qadr)

• Jika awal puasa hari senin maka ketahuilah bahwa kamu akan mendapatkan (lailatul qadr) pada tanggal 19

• Jika awal puasa hari senin maka carilah (lailatul qadr) pada tanggal 17

• Dan jika telah jelas awal bulan (ramadhan) di hari kamis maka berijtihadlah ! maka lailatul qadr akan jatuh setelah tanggal 10 di malam ganjil”

3. Dalam kitab I’anatut Thalibin karangan Sayyid Bakri Syatha menyatakan sebagai berikut:

“Telah berkata Imam Ghozali dan ulama selainnya bahwasanya lailatul qadr dapat diketahui melalui hari awal dari bulan (ramdhan).

Jika awal puasa hari ahad atau rabu, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 29, Jika awal puasa hari senin, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 21, Jika awal puasa hari selasa atau jum’at, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 27, Jika awal puasa hari kamis, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 25, Jika awal puasa hari sabtu, maka lailatul qadr jatuh pada tanggal 23.”

Adapun ciri-ciri sekaligus menjadi tanda-tanda ketika malam kemuliaan (lailatul qadr) itu adalah sebagaimana dalam kitab shohih Imam Muslim sebagai berikut :

“Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Mahran Ar Rozi, telah bercerita kepada kami Walid bin Muslim, telah bercerita kepada kami Al Auzi’ni, telah bercerita kepadaku ‘Abdah dari Zur, ia berkata Saya mendengar Ubay bin Ka’ab berkata: dikatakan bahwa sesungguhnya Abdulloh bin Mas’ud berkata: siapa yang mendirikan kesunahan pada saat malam kemuliaan (lailatul qadr) ? maka Ubay berkata:

Demi Alloh, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, Sungguh malam itu (lailatul qadr) ada dalam bulan ramadhan. Demi Alloh aku sungguh tahu kapan malam itu. Malam itu adalah malam dimana Rasululloh SAW perintahkan kepada kita untuk beribadah, yaitu malam 27 yang bersinar.

Adapun tandatandanya adalah matahari terbit pagi harinya dengan cahaya putih namun tidak ada sorotnya. ”

Terlepas dari ketentuan hadirnya lailatul qadr dan tanda-tandanya sebagaimana yang telah dijabarkan di atas, yang terpenting adalah bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut dengan meningkatkan iman, ibadah dan ketaqwaan kita kepada Alloh SWT.

Karena dengan begitu, ketika Alloh SWT ridho kepada kita, Alloh SWT akan menghadirkan malam seribu bulan tersebut kepada kita.

Pada akhirnya, tujuan kita diciptakan ke dunia ini tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Alloh SWT sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an surah Ad Dzariyat ayat 56 :

“Dan tidaklah Aku (Alloh SWT) ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka (jin dan manusia) beribadah kepada-Ku.”

Cukup sekian sedikit tulisan dari saya, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Salam.

Baca juga: Cara Mendapatkan Malam Lailatul Qadar di 10 Hari Terakhir Ramadhan

3) Meraih Malam Lailatul Qadar
(Dilansir laman Kemenag)

Khutbah I

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ،
عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Jamah yang dimuliakan Allah.
Betapa banyak anjuran amal ibadah yang dianjurkan untuk umat Muslim selama Ramadhan. Dari mulai amalan-amalan sunnah saat bukan puasa dan sahur, bertadarus Al-Qur’an, melaksanakan shalat tarawih, dan lain sebagainya. Salah satu anjuran utama yang terdapat pada bulan agung ini adalah meraih malam Lailatul Qadar. Allah swt dalam Al-Qur’an secara tegas menyampaikan bahwa momen sakral Lailatul Qadar,

إِنَّا أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مّنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ وَالْرُّوحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِهِّمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِىَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ.

Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar. Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadar [97]: 1-5)

Berkaitan dengan ini, Imam Malik dalam al-Muwattha meriwayatkan satu hadits,

إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوْا مِنَ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِيْ بَلَغَ غَيْرُهُمْ فَيْ طُوْلِ الْعُمْرِ، فَأَعْطَاهُ اللهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرًا مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ.

Artinya, “Sesungguhnya Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya (yang relatif panjang) sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelum mereka karena panjangnya usia mereka, maka Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadr yang lebih baik dari seribu bulan“. (Imam Malik, al-Muwattha: juz I, h. 321)

Hanya saja, kepastian kapan malam agung ini terjadi belum ada yang bisa memprediksi, apakah di awal Ramadhan, pertengahannya, atau di penghujung bulan. Jika kita umpamakan, malam Lailatul Qadar bagaikan permata sangat indah yang tersimpan di tempat sangat tersembunyi. Semua orang menginginkannya, tetapi hanya bisa memprediksi keberadaannya. Dalam satu hadits terkait malam Lailatul Qadar, Rasulullah saw bersabda,

إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا مَحْرُومٌ.

Artinya, "Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi dari (meraih)nya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan.” (HR Ibnu Majah)

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.
Meskipun kedatangan malam Lailatul Qadar dirahasiakan, akan tetapi para ulama berusaha (berijtihad) untuk memprediksi kapan malam mulia tersebut jatuh. Kita bisa mengacu pada pendapat-pendapat yang mereka kemukakan, kendati pada akhirnya kita juga berkesimpulan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar tetap menjadi misteri karena tidak bisa diprediksi ketepatannya seratus persen.

Jika kita himpun, ada banyak sekali ragam prediksi para ulama tentang jatuhnya malam Lailatul Qadar. Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani sendiri menjelaskan setidaknya ada 45 pendapat terkait waktu terjadinya malam mulia tersebut. Hanya saja, dari sekian pendapat yang ada ia berkesimpulan bahwa argumen yang paling kuat adalah yang mengatakan terjadi pada tanggal-tanggal ganjil di bulan Ramadhan.

Sementara Imam Syafi’i lebih spesifik lagi berpendapat bahwa tanggal 21 dan 23 Ramadhan lebih potensial terjadi malam Lailatul Qadar. Sedangkan mayoritas ulama termasuk Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi berpendapat pada 27 Ramadhan. (Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fatḥul Bārī: juz V, h. 463)

Menurut Imam Fakruddin ar-Razi, hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar adalah supaya umat muslim bersungguh-sungguh melakukan ibadah selama satu bulan Ramadhan penuh untuk meraih malam istimewa tersebut. Jangan sampai kita lengah satu hari saja. Tentu kita tidak menginginkan malam Lailatul Qadar jatuh saat kebetulan kita sedang malas beribadah. (Fakhruddin ar-Razi, Mafātīḥul Ghaib, 1981: juz XXXII, h. 28)

Senada dengan ar-Razi, Syekh Nidzamuddin an-Nasibasuri dalam tafsirnya Gharāibul Qur’ān wa Raghāibul Furqān menyampaikan,

الْحِكْمَةُ فِي إِخْفَاءِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ فِي الَّليَالِي كَالْحِكْمَةِ فِي إِخْفَاءِ وَقْتِ الوَفَاةِ وَيَوْمِ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَرْغَبَ الْمُكَلَّفُ فِي الطَّاعَاتِ وَيَزِيْدَ فِي الاِجْتِهَادِ وَلَا يَتَغَافَلَ وَلَا يَتَكَاسَلَ وَلَا يَتَّكَلَ.

Artinya, “Hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar di antara malam-malam bulan Ramadhan adalah seperti dirahasiakannya kematian dan hari kiamat. Sehingga manusia dengan penuh suka cita menjalankan ibadah, lebih bersungguh-sungguh, tidak lalai, tidak bermalas-malasan, dan tidak lesu.” (Nidzamuddin an-Naisaburi, Gharāibul Qur’ān wa Raghāibul Furqān, 2015: juz VI, h. 537)

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Kendati malam Lailatul Qadar tidak bisa kita pastikan kapan terjadinya, selain mengikuti prediksi para ulama, kita juga bisa memprediksi kedatangannya dengan mengamati kondisi alam yang terjadi. Berikut adalah beberapa ciri-ciri malam Lailatul Qadar dilihat dari gejala alam berdasarkan beberapa hadits Nabi.

Pada pagi harinya sinar matahari tidak terlalu panas dan cuaca terasa sejuk. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim.

Malam harinya langit terlihat bersih, tidak terdapat awan, suasana terasa tenang dan sunyi, udara juga tidak dingin tidak pula panas.

Dalam hadits lain Rasulullah juga bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاءُ

Artinya, “Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan.” (HR Ath-Thayalisi dan Al Baihaqi)

Hanya saja, prediksi berdasarkan gejala alam tersebut tidak bisa dijadikan acuan untuk bisa meraih malam Lailatul Qadar. Ibnu Hajar al-‘Atsqalani sendiri menegaskan bahwa ciri-ciri gejala alam tersebut akan tampak setelah malam Lailatul Qadar-nya, bukan sebelum atau saat sedang terjadi sehingga kita bisa mempersiapkan diri sebelum tepat kedatangannya. (Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fatḥul Bārī: juz IV, h. 260).

Pada akhirnya kita berkesimpulan bahwa malam Lailatul Qadar tidak bisa diprediksi kapan tepatnya. Kita hanya bisa berusaha dan berikhtiar dengan memperbanyak ibadah selama satu bulan Ramadhan dengan harapan bisa meraih malam istimewa ini.

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.
Demikianlah khutbah singkat yang bisa khatib sampaikan. Semoga Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya kita diberi kesempatan oleh Allah swt untuk meraih malam yang lebih utama dari seribu bulan ini. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

(Tribunnews.com/ Muhammad Alvian Fakka)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini