TRIBUNNEWS.COM - Ganjar Pranowo sudah resmi diusung PDIP menjadi capres lewat pengumuman yang dilakukan oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri pada Jumat (21/4/2023) di Istana Batu Tulis, Bogor.
Di sisi lain, Ganjar juga menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah dua periode sejak tahun 2013 lalu.
Dalam gaya kepemimpinannya, dirinya dikenal dekat dengan masyarakat.
Selain itu, Ganjar juga sering langsung turun ke lapangan untuk mengecek proyek yang tengah dijalankan.
Lantas, dengan gaya kepemimpinan seperti itu, apakah berdampak Jawa Tengah sendiri?
Saat dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi sejak Ganjar memimpin Jawa Tengah pada tahun 2013, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi di periode pertama kepemimpinannya cenderung stabil di atas lima persen yakni 5,4 persen (2014), 5,4 persen (2015), 5,28 persen (2016), 5,27 persen (2017).
Baca juga: Reaksi Mahfud MD Tanggapi Namanya Masuk dalam Daftar Bakal Calon Wapres Ganjar Pranowo
Kemudian saat Ganjar terpilih lagi menjadi Gubernur Jateng pada 2018, pertumbuhan ekonomi masih stabil di angka 5,32 persen dan 5,41 persen di tahun 2019.
Namun, ketika pandemi Covid-19 menghantam Indonesia pada awal Maret 2020, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah anjlok hingga mencapai minus 2,65 persen.
Kendati demikian hanya dalam waktu satu tahun, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah kembali merangkak naik menjadi 3,32 persen pada tahun 2021.
Bahkan, pada tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah naik signifikan mencapai 5,31 persen dan melebihi pertumbuhan ekonomi nasional yakni 5,01 persen dikutip dari laman Kemenkeu.
Pertumbuhan ekonomi di era kepemimpinan Ganjar yang dinilai solid nyatanya berdampak pula dengan angka kemiskinan di Jawa Tengah.
Angka Kemiskinan di Jawa Tengah Cenderung Turun
Masih berdasarkan data BPS, angka kemiskinan di Jawa Tengah pada 2013 mencapai 4,8 juta orang atau 14,44 persen.
Adapun data tersebut merupakan awal Ganjar menjabat atau dimulai pada kuartal IV-2013.
Baca juga: Usung Ganjar Pranowo Capres, PDIP Buka Pintu Kerja Sama Parpol di 2024
Setahun menjabat, ada penurunan angka kemiskinan di Jawa Tengah menjadi 4,56 juta atau 13,58 persen di 2014.
Namun, pada tahun 2015, penduduk miskin di Jawa Tengah mengalami kenaikan tipis menjadi 4,57 juta jiwa atau tetap di angka 13,58 persen.
Lalu pada tahun 2016, penurunan kembali terjadi menjadi 4,5 juta penduduk miskin di Jateng atau 13,27 persen.
Ganjar kembali mampu menurunkan angka kemiskinan di Jawa Tengah pada 2017 menjadi 13,01 persen.
Tren penurunan angka kemiskinan di Jawa Tengah pun terus terjadi dari 2018 hingga 2022 meski pada tahun 2020-2021 mengalami peningkatan lantaran pandemi Covid-19.
Baca juga: Jokowi Sebut Prabowo Berpotensi Dampingi Ganjar di Pilpres 2024, Pengamat: Mustahil Direalisasikan
Selengkapnya berikut data angka kemiskinan di Jawa Tengah era kepemimpinan Ganjar Pranowo dari 2013-2022.
- Angka kemiskinan 2013 mencapai 4,8 juta atau 14,44 persen
- Angka kemiskinan 2014 mencapai 4,56 juta atau 13,58 persen
- Angka kemiskinan 2015 mencapai 4,57 juta atau 13,58 persen
- Angka kemiskinan 2016 mencapai 4,5 juta atau 13,27 persen
- Angka kemiskinan 2017 mencapai 4,4 juta atau 13,01 persen
- Angka kemiskinan 2018 mencapai 3,89 juta atau 11,32 persen
- Angka kemiskinan 2019 mencapai 3,7 juta atau 10,8 persen
- Angka kemiskinan 2020 mencapai 3,9 juta atau 11,41 persen
- Angka kemiskinan 2021 mencapai 4,1 juta atau 11,79 persen
- Angka kemiskinan 2022 mencapai 3,8 juta atau 10,93 persen
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Pilpres 2024