Informasi tersebut disampaikan oleh Camat Siberut Utara Agustinus kepada TribunPadang.com, Selasa pagi.
Sebanyak 90 persen warga yang mengungsi itu berjumlah sekira 100-an orang.
Baca juga: BNPB: Gempa Kuat M6,9 di Kepulauan Mentawai Dirasakan Selama 30 Detik
Agustinus mengatakan, ia dan warga mengungsi ke daerah Tamaerang pasca gempa dini hari dalam guyuran hujan.
Bahkan hingga pagi ini daerah setempat masih diguyur hujan, namun intensitas hujan sudah berkurang.
Pagi ini sebagian warga masih bertahan di titik pengungsian di Tamaerang.
"Sebagian warga ada yang kembali ke rumah masing-masing untuk mengambil bekal," katanya.
Warga, ujarnya, masih bertahan di titik pengungsian lantaran masih mewaspadai potensi gempa susulan, meski diprediksi semakin melemah.
Agustinus mengatakan, titik pengungsian di Tamaerang itu bukan daerah ketinggian, melainkan lokasi yang lebih jauh dari bibir pantai.
"Tentu yang kami butuhkan saat ini makanan cepat saji, karena di Tamaerang tidak ada alat-alat masak," tambah dia.
Saat ini pihaknya belum menerima laporan kerusakan bangunan dan sejauh ini belum ada informasi korban jiwa akibat gempa.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita mengatakan, potensi tsunami pasca gempa M 7,3 yang di-update menjadi M 6,9 di Kepulauan Mentawai Sumatera Barat (Sumbar) sudah diakhiri pada Selasa (25/4/2023) pukul 05.17 WIB.
Untuk itu, Dwikorita mengimbau masyarakat di Sumatera Barat (Sumbar), Sumatera Utara (Sumut) dan sekitarnya yang masih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi agar kembali ke rumah masing-masing.
"Mohon yang masih ada di gunung (perbukitan) silahkan kembali ke tempat masing-masing, InsyaAllah kondisi sudah aman, dengan tetap tenang, namun waspada," kata Dwikorita melalui siaran pers, Selasa pagi.