TRIBUNNEWS.com - Hubungan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Partai Nasional Demokrat (NasDem) kembali menjadi sorotan usai orang nomor satu RI ini mengundang enam petinggi parpol pendukung pemerintahan ke Istana Kepresidenan, Jakarta pada Selasa (2/5/2023) malam.
Dalam pertemuan itu, tidak terlihat Ketua Umum NasDem, Surya Paloh.
Hanya enam Ketum Parpol, yaitu Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri; Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto; Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto; Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan; Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar; dan Plt Ketua Umum PPP, Muhamad Mardiono; yang tampak dalam pertemuan bersama Jokowi.
Sebelumnya, hubungan Jokowi dan Surya Paloh diisukan renggang usai NasDem mendeklarasikan mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sebagai calon presiden (capres) 2024 pada Oktober 2022 lalu.
Meski demikian, isu tersebut sempat terbantahkan usai Jokowi dan Surya Paloh bertemu empat mata di Istana Kepresidenan pada Januari 2023.
Namun, lagi-lagi hubungan Jokowi dan Surya Paloh saat ini disebut tengah menegang.
Baca juga: Fakta-fakta Pertemuan Jokowi dengan Ketum Parpol Pendukung Pemerintah: NasDem Tak Diundang
Berikut ini rangkuman Tribunnews.com tentang panas dinginnya hubungan Jokowi dan Surya Paloh sejak Oktober 2022:
Reaksi Jokowi saat NasDem Deklarasikan Anies Baswedan
Pada 3 Oktober 2022, Surya Paloh mengumumkan NasDem resmi mengusung Anies Baswedan sebagai capres 2024.
Deklarasi tersebut berjalan lebih awal satu bulan dibanding yang dijadwalkan.
NasDem memilih Anies Baswedan sebagai capres 2024 lantaran dinilai sebagai sosok terbaik dari yang terbaik.
"NasDem mencari yang terbaik dari yang terbaik, NasDem akhirnya melihat sosok Anies Baswedan."
"Kami mempunyai keyakinan dalam prespektif dalam secara makro dan mikro sejalan dengan apa yang kami (NasDem) yakini," kata Surya Paloh saat mendeklarasikan Anies di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Senin (3/10/2022).
Kendati demikian, karena mengusung Anies, hubungan Surya Paloh dan Jokowi diisukan merenggang.