Dijelaskan Bhante Dhammavuddho bahwa pada Zaman Sang Buddha, belum ada vihara, belum ada tempat tinggal para Bhante.
Oleh sang Buddha, para Bhante diberi kesempatan tinggal di hutan, gunung, atau gua.
"Jadi dalam setahun, mereka akan berjalan seperti ini selama empat bulan untuk melaksanakan tradisi ini. Kebetulan karena di Indonesia ada Candi Borobudur, bertepatan Hari Raya Waisak, dan mereka jalan dari Thailand," terangnya.
Bhante berharap selama perjalananan, mereka melatih kesabaran karena Sang Buddha mengajarkan bahwa kesabaran adalah praktik dhamma yang paling tinggi.
"Meraka terkena panas, hujan, dan ini juga makan satu hari satu kali dan minuman seadanya," jelas Bhante.
Perwakilan Manajemen PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Emilia Eny Utari mengatakan agenda seperti ini merupakan sesuatu yang luar biasa.
Menurutnya, perayaan Waisak tahun ini menjadi berbeda seiring kegiatan spiritual Thudong yang baru pertama kali.
"Kami dari manajemen candi tentunya sangat memberikan apresiasi dan nanti pada saat tiba di Candi Borobudur, kami dari Manajemen, Direksi akan menyambut khusus, untuk sekaligus bisa memberikan kesempatan, melakukan puja, naik ke Candi Borobudur."
"Nanti kita akan atur. Mudah-mudahan semua apa yang menjadi harapan bhante peserta Thudong bisa mendapatkan kelancaran tiba dengan selamat, sehat selalu," kata Emilia Eny Utari.
Hari Raya Waisak 2567 BE
Dirjen Bimas Buddha Supriyadi menegaskan bahwa perayaan Waisak 2567 Buddhis Era (BE) bertepatan dengan 4 Juni 2023, bukan 6 Mei di tahun yang sama.
"Waisak 2567 BE bertepatan 4 Juni 2023. Ini juga sudah terakomodir dalam Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Tenaga Kerja," tegas Supriyadi di Jakarta, Sabtu (29/4/2023).
"Jadi masyarakat, utamanya umat Buddha, tidak perlu bingung lagi," sambungnya.
Menurut Supriyadi, peringatan detik Waisak hanya ada di Indonesia dengan menggunakan patokan astronomi universal.