News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Akademisi: Industri Perhotelan harus Mencari Cara Mengurangi Emisi Karbon

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Program Studi Pengelolaan Perhotelan Universitas Pelita Harapan (UPH), Amelda Pramezwary, dalam Seminar Nasional Hospitour 2023 di Gedung HOPE UPH, Tangerang, Banten, Selasa (6/6/2023).

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Program Studi Pengelolaan Perhotelan Universitas Pelita Harapan (UPH), Amelda Pramezwary mengatakan,  industri pariwisata turut bertanggung jawab terhadap krisis lingkungan.

Dirinya mengungkapkan sektor perhotelan merupakan penyumbang 1 persen emisi karbon di dunia.

"Industri kita salah satu yang  menyebabkan krisis lingkungan. Sedih ya kok kita menjadi industri yang menyebabkan krisis lingkungan. Tapi itu faktanya," ujar Amelda dalam Seminar Nasional Hospitour 2023 di Gedung HOPE UPH, Tangerang, Banten, Selasa (6/6/2023).

Amelda mengatakan industri perhotelan harus mencari cara mengurangi emisi karbon.

Baca juga: Menteri Luhut: Indonesia Bisa Jadi Hub Penangkapan dan Penyimpanan Karbon Regional

Menurut Amelda, dari semua kamar hotel diharapkan bisa mengurangi emisi karbon lebih dari 90 Persen pada 2050. 

"Kita harus memikirkan bagaimana cara mengurangi dampak karbon. Ternyata jika kita mempraktekkan keberlanjutan, kita bisa menghemat pengeluaran," jelas Amelda.

Pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan, menurut Amelda, dapat mendatangkan keuntungan yang besar.

Saat ini, Amelda mengatakan justru para wisatawan menginginkan wisata yang ramah lingkungan.

"Kalau dulu pakai plastik beli, sekarang refill. Belum lagi kalau kita hemat listrik dan air, tagihannya jadi lebih murah," ungkap Amelda.

"Kita harus melindungi lingkungan, kalau lingkungan kita tidak berkebelanjutan, bisnis kita juga tidak akan berkelanjutan. Keberlanjutan mengurangi ongkos. Saat ini banyak wisatawan yang lebih senang tinggal di eco friendly hotel," tambah Amelda.

Sementara itu, akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Janianton Damanik mengatakan produk pariwisata harus ramah lingkungan dan memiliki kontak intens dengan masyarakat lokal.

Dirinya menilai pengembangan wisata pasca pandemi harus membuat format baru wisata di Indonesia.

Hingga kini, dirinya menilai belum ada terobosan baru dalam pengembangan pariwisata pasca pandemi.

"Kita harus menggunakan satu sistem yang terhubung terkoneksi yang berkaitan dengan perjalanan wisata kita karena berimplikasi dengan banyak hal," pungkas Janianton.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini