Dilansir fraksigerindra.id, sebelum terjun ke dunia politik, Desmond Mahesa adalah seorang aktivis.
Nama Desmond Mahesa dikenal publik sejak menjadi salah satu korban penculikan aktivis pro demokrasi pada tahun 1997-1998 lalu.
Saat itu dirinya tercatat sebagai salah satu aktivis dan mahasiswa yang berjuang menegakkan keadilan dan demokrasi.
Terutama pada masa pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto.
Sebagai politisi yang cukup populer, Desmond Mahesa memiliki gelar Magister di bidang Hukum.
Dulunya, ia bersekolah di SD Karya Masyarakat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, kota kelahirannya.
Sekolah menengah hingga berkuliah sarjana strata satu, semua ditempuh Desmond di Banjarmasin.
Ia tercatat sebagai SMPN 7 dan SMAN 7 Banjarmasin.
Pada tahun 1986, ia masuk di Universitas Lambung Mangkurat dan lulus 1994.
Barulah pada 2003 ia pergi ke Jakarta untuk bersekolah di Program Pasca Sarjana Hukum Sekolah Tinggi Ilmu Hukum IBLAM Jakarta.
Desmond Mahesa menjadi wakil dari daerah pemilihan (dapil) Banten II yang mengantongi 103.837 suara pada Pemilu Legislatif 2019.
Tahun 2014 ia juga masih maju di dapil Banten II, sedangkan sebelumnya pada 2009 ia maju di Dapil Kalimantan Timur.
Tahun 2000-2004, ia tercatat sebagai Direktur Treads & Associate.
Desmond Mahesa pernah tergabung dalam organisasi YLBH Banjarmasin tahun 1997-1998, dimana ia dipercaya menjadi ketua.
Di tahun yang sama, ia juga dipercaya menjadi Direktur YLBH Nusantara.
Kepercayaan ini didapat setelah ia lebih dulu menjadi Direktur YLBH Nusantara Bandung 1996-1997.