News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Contoh Teks Khutbah Jumat: Ibadah Qurban Refleksi Kesalehan Individual dan Sosial

Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Khutbah - Ccontoh teks khutbah Jumat berjudul 'Ibadah Qurban Refleksi Kesalehan Individual dan Sosial'. Memuat materi seputar makna pelaksanaan Kurban bagi umat muslim.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat al-Hujurat ayat 13,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣

“Wahai manusia! sunnguh Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqa. Sungguh Allah mengetahui lagi Maha teliti” (QS. al-Hujurat [49]: 13).

Pada kesempatan haji wada’, di kala wukuf di padang Arafah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah terkait kesetaraan manusia dengan menggunakan panggilan “Ya ayyuhannas” (wahai manusia). “Ya ayyuhan nas, innallaha qad adzhaba ‘ankum nakhwatal-jahiliyyah wa ta’azhzhumaha bil-aba, kullukum min Adam, wa Adamu min turab, laisa li ‘arabiyyin ‘ala a’jamiyyin illa bittaqwa (Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah mencabut dari kalian panatisme jahiliyyah yang suka mengagung agungkan nenek moyangnya.

Semua kalian berasal dari Adam, dan Adam diciptakan dari tanah. Tidak ada keistimewaan orang Arab dihadapan non Arab kecuali taqwa). Taqwa manusia sebagai makhluk sosial, dimensinya adalah berguna atau memberi manfaat bagi orang lain. Berguna bagi keluarga, bagi masyarakat, bagi Negara dan bangsa terutama bagi agama. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan: “Khairun nâs anfa’uhum lin-nâs”. Sebaik baiknya manusia adalah manusia yang paling memberi manfaat kepada orang lain. Ini artinya bahwa kesalehan individual mutlak harus difokuskan dan diimplementasikan untuk kesalehan sosial.

Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 77,

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ٧٧

“Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. al-Qashash [28]: 77).

Ayat di atas jelas menunjukkan bahwa untuk mencapai surga Allah subhanahu wata'ala, kita diharuskan berbuat baik terhadap orang lain, peduli kepada orang lain terutama bagi mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Di antara wujud kepedulian sosial sebagai implementasi kesalehan sosial, Islam mengajarkan kepada kita umat Islam yang berkecukupan atau berkemampuan untuk berqurban dengan menyembelih hewan kurban sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, sebagai tanda syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah subhanahu wata'ala kepada kita.

Firman Allah subhanahu wata'ala menegaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Kautsar 1-2,

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ ١ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat atau bersyukurlah kepada Tuhanmu, dan berqurbanlah” (QS. Al-Kautsar: 1 - 2).

Ibadah Qurban merupakan salah satu ibadah sosial yang menunjukkan pentingnya hubungan manusia dengan Allah sekaligus menjalin hubungan manusia dengan manusia sebagai hamba Allah. Saking pentingnya ibadah sosial kurban, dimana jumhur ulama mengakategorikan sebagai ibadah sunnah muaqqad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Man wajada sa’atan falam yudhahhi fala yaqrabanna mushallana”, yang artinya: “Siapapun yang memiliki kemampuan namun tidak berqurban, maka jangan sekali-kali mendekat tempat shalat kami” (HR. Ahmad dan Ibn Majah).

Ibadah kurban yang diawali dari kesejarahan adanya perintah Allah kepada Nabi Ibrahim alaihis salam, untuk menyembelih putra tunggal tersayang Isma’il alaihis salam, dan disambut oleh Ismail alaihis salam, dengan penuh kepasrahan dan ketulusan akan perintah Allah subhanahu wata'ala kepada ayahandanya, lalu diikhlaslah oleh ibundanya Siti Hajar walaupun iblis dengan gigih menggoda dan menghadangnya, tetapi ketiga pigur, ayah, anak dan istri, lulus menghadapi ujian berat itu, dan Allah subhanahu wata'ala menggantinya dengan sembelihan yang besar (wa fadainahu bidzibhin ‘azhim) seperti dijelaskan di dalam al-Qur’an surat ash-Shafat ayat 102 hingga 110.

Kemudian ibadah kurban yang diwariskan syariatnya kepada kita umat Islam dengan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan salah satu dari syi’ar Islam. Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Hajj ayat 36 dan 37,

“Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu sebagai bagian dari syi’ar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri. Kemudian apabila telah rebah mati, maka makanlah sebagian dan beri makanlah orang yang meresa cukup dengan apa yang ada padanya, dan orang-orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan untukmua agar kamu bersyukur. Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketaqwaan kamu…” (QS. Al-Hajj [22]: 36 - 37).

(Tribunnews.com/Enggar Kusuma)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini