Namun demikian, ia melihatnya hal tersebut sebagai sebuah bagian dari kehidupan politik di banyak negara.
"Saya kira kan sudah empat kali saya jelaskan, sudah ada di record public domain, ya kan? Jadi bagaimana? Dan ini saya kira narasi yang akhirnya kita bicara masa lalu, ini 30 tahun yang lalu dan sebagainya," kata Prabowo.
"Memang ini sesuatu yang tidak enak, dan itu menganggu saya, tenang. Tapi itu yang harus saya hadapi, itu risiko seorang prajurit, ya kan? Itu risiko saya. Banyak rekan saya, anak buah saya hilang tangan, malah gugur. Ya ini risiko saya, saya harus hadapi," lanjut dia.
Menurutnya, hal tersebut ia anggap sebagai sebuah risiko sebagai prajurit.
Ia menyatakan telah melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sebaik-baiknya sesuai dengan sumpah prajurit di mana ia harus mempertaruhkan nyawa berkali-kali untuk republik dan untuk rakyat.
Karena itu, ia mengaku tenang dan tidak menghindarinya.
"Selalu dibilang ini lah itu lah, mau kudeta, ya kan? Dan sebagainya, penculik, pembunuh. Jadi bagaimana ya? Saya mau apakan?" kata Prabowo.
"Dan begini, ini kan demokrasi, kalau rakyat percaya semua tudingan-tudingan itu, ya rakyat nggak usah pilih saya, selesai kan?" sambung dia.
Ia pun menjawab tudingan merawat sebagian dari mantan anggota Tim Mawar yang terlibat dalam peristiwa penculikan aktivis pro-demokrasi ketika itu dengan menjadikan mereka pejabat di Kementerian Pertahanan.
Padahal, di satu sisi, sejarah Tim Mawar dinilai sebagai bahan baku serangan publik ke dirinya.
Menjawab hal tersebut, Prabowo mengatakan para mantan anggota Tim Mawar telah diadili melalui proses hukum puluhan tahun lalu.
Sebagian dari mereka, kata Prabowo, masih menjadi tentara ketika menjabat di Kementerian Pertahanan.
Menurut Prabowo, mereka adalah prsajurit-prajurit terbaik.
"Jadi kadang-kadang suatu peristiwa karena perubahan iklim politik, perubahan itu akhirnya disalahtafsirkan, disalahartikan. Kan itu juga bagian daripada politik," kata dia.