TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persidangan lanjutan terhadap Gubernur Papua non aktif Lukas Enembe dipastikan akan menjadi catatan sejarah tersendiri baik di Indonesia maupun dunia internasional.
Pasalnya Lukas Enembe saat ini sedang dibantarkan di Rumah Sakit Gatot Soebroto karena menderita berbagai macam penyakit serius seperti ginjal kronis stadium 5, stroke 4 kali, Hepatitis dengan kondisi fisik sangat pucat dan kaki bengkak.
Demikian diungkapkan Elius Enembe, adik Lukas Enembe, dalam keterangannya pada Senin (3/7/2023).
Menurut dia persidangan itu akan menjadi catatan tersendiri karena Lukas Enembe menjadi satu-satunya terdakwa yang hadir di muka persidangan tanpa alas kaki (tidak menggunakan sepatu), mengenal celana training seadanya, satu-satunya terdakwa yang ditemani kuasa hukum di kursi terdakwa.
Baca juga: 4 Fakta Terbaru Kasus Lukas Enembe: Eksepsi Ditolak hingga 27 Aset Disita KPK
Dan satu-satunya terdakwa yang nota pembelaannya tidak dibacakan sendiri atau dibacakan oleh kuasa hukum atau pengacara karena susah bicara akibat stroke 4 kali serta satu-satunya terdakwa yang hampir sering bolak balik ke toilet saat sidang berlangsung karena buang air kecil.
"Ini tentu akan jadi catatan sejarah tersendiri, bahwa ada seorang anak negeri ini yang punya dharma bakti jelas bagi negara dan bangsanya mulai dari Wakil Bupati Puncak hingga Gubernur Papua dua periode, lalu saat ini diperlakukan seakan seorang penjahat kelas kakap, diadili tanpa pertimbangan kemanusiaan apalagi dilakukan dalam kondisi beliau sedang sakit serius," ungkap Elius Enembe.
Elius menggambarkan, saat hadir persidangan Lukas tidak mengenakan alas kaki karena kondisi kaki sangat bengkak, bicaranya pelan dan susah, mengenakan celana training seadanya dengan muka yang sangat pucat.
"Artinya situasi ini unik karena baru terjadi dan patut tercatat dalam sejarah Indonesia dan dunia. Jalannya tertatih-tatih, pakai training apa adanya, susah bicara. Ini situasi Pa Lukas saat hadir di muka persidangan," papar Elius.
Apa yang menimpa Lukas saat ini, kata dia, adalah ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula karena perjuangan Lukas hari ini adalah berjuang untuk sembuh dari sakit tetap pada saat yang sama.
Dimana Lukas, kata dia, harus berhadapan dengan proses hukum dan itu pun karena tuduhan-tuduhan yang tidak punya dasar sama sekali.
"Ibaratnya di satu sisi Pa Lukas sedang berjuang mati-matian antara hidup dan mati untuk bisa sembuh dari segala macam sakit yang diderita tetapi di sisi lain dia dia juga harus menghadapi proses hukum. Itu pun kasus hukum yang sebenarnya sangat janggal dan belakangan cenderung menjadi bahan kriminalisasi penegak hukum saja," ucap Elius.
Dia meyakini apa yang dialami Lukas saat ini adalah suatu catatan sejarah tersendiri karena seseorang tetap diadili di muka persidangan meski secara fisik maupun psikis orang tersebut sebenarnya tidak mampu menjalaninya.
"Seorang yang sebenarnya tidak mampu dan tidak layak disidang, (unfit to trial) tetapi tetap dipaksakan untuk dilanjutkan apakah itu bukan bagian dari kejahatan kemanusiaan? Apa tidak lebih baik hak Pa Lukas untuk kesehatannya jauh lebih penting saat ini?" cetus Elius.
Pihak keluarga kata dia hanya ingin menyampaikan fakta bahwa beliau saat ini memang dalam kondisi sakit serius; tengah berjuang antara hidup dan mati yang butuh kondisi nyaman dan tenang agar pulih kesehatannya.