News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

10 Orang Terkaya di Indonesia versi Forbes, Hartono Bersaudara di Posisi Pertama

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Michael Hartono. Berikut daftar 10 orang terkaya di Indonesia 2023 versi majalah Forbes. R. Budi dan Michael Hartono menempati posisi nomer 1.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut daftar 10 orang terkaya di Indonesia 2023 versi majalah Forbes.

Majalah Forbes telah merilis 50 daftar orang terkaya di Indonesia 2023.

Menurut majalah Forbes, R. Budi dan Michael Hartono menempati posisi nomor 1 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih USD 47,7 miliar atau sekitar Rp 718 triliun.

Disusul oleh Low Tuck Kwong yang menempati posisi nomor 2 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih USD 12,1 miliar atau sekitar Rp 182 triliun

Lalu, peringkat ketiga orang terkaya di Indonesia ditempati oleh Widjaja family dengan kekayaan bersih USD 10,8 miliar atau sekitar Rp 162 triliun

Baca juga: Profil Low Tuck Kwong Orang Terkaya di Indonesia 2023 Versi Forbes, Hartanya sekitar Rp403 Triliun

Berikut selengkapnya daftar 10 orang terkaya di Indonesia versi Forbes:

1. R. Budi Hartono dan Michael Hartono (Hartono Bersaudara)

R. Budi Hartono dan saudaranya, Michael adalah orang terkaya pertama di Indonesia.

Sebagian besar kekayaan mereka didapatkan dari investasi mereka di Bank Central Asia.

Keluarga Hartono membeli saham di BCA, setelah keluarga kaya lainnya, keluarga Salim, kehilangan kendali bank selama krisis ekonomi Asia 1997-1998.

2. Low Tuck Kwong

Pemilik Bayan Resources, Low Tuck Kwong. (Forbes via KompasTV)

Low Tuck Kwong dikenal sebagai raja batu bara di Indonesia.

Ia merupakan pendiri Bayan Resources, sebuah perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia.

Dia juga mengendalikan perusahaan energi terbarukan Singapura Metis Energy - sebelumnya dikenal sebagai Manhattan Resources.

Selain itu, ia juga memiliki kepentingan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.

3. Keluarga Widjaja 

Keluarga Widjaja mewarisi kerajaan bisnis Eka Tjipta Widjaja, yang meninggal pada Januari 2019 di usia 98 tahun.

Saat ini, Sinar Mas mereka memiliki minat di bidang kertas, real estate, jasa keuangan, kesehatan, agribisnis dan telekomunikasi.

4. Sri Prakash Lohia

Profil Sri Prakash Lohia (laman indoramaventures.com)

Sri Prakash Lohia menghasilkan banyak uang dengan memproduksi PET dan petrokimia lainnya.

Sri Prakash Lohia dan ayahnya pindah dari India ke Indonesia pada tahun 1970-an.

Sesampainya di Indonesia, mereka mendirikan Indorama Corporation sebagai pembuat benang pintal.

Sekarang menjadi pembangkit tenaga listrik petrokimia, membuat produk industri termasuk pupuk, poliolefin, bahan mentah tekstil, dan sarung tangan medis.

5. Antoni Salim dan Keluarga

Antoni Salim (KOMPASIANA)

Pada peringkat kelima, ditempati oleh Antoni Salim dan keluarga dengan kekayaan bersih USD 7,5 miliar atau sekitar Rp 113 triliun.

Anthoni Salim mengepalai Grup Salim, dengan investasi di bidang makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi.

Salim adalah CEO dari Indofood senilai $6,4 miliar (pendapatan), salah satu pembuat mi instan terbesar di dunia.

Keluarga Salim memiliki saham perusahaan investasi First Pacific yang terdaftar di Hong Kong, yang memiliki kepentingan di Indofood dan perusahaan telekomunikasi PLDT Filipina.

6. Chairul Tanjung

Chairul Tanjung (Kompas.com/Hilda)

Pada peringkat keenam, ditempati oleh Chairul Tanjung dengan kekayaan bersih USD 5,2 miliar atau sekitar Rp 78 triliun.

CT Corp. Chairul Tanjung terkenal karena menerbitkan kartu kredit, mengoperasikan hipermarket, dan menjalankan stasiun TV.

Trans Retail miliknya memiliki toko kelontong dengan merek Carrefour dan Transmart.

Kelompoknya juga menguasai franchise Wendy's di Indonesia dan memiliki franchise Versace, Mango dan Jimmy Choo.

Dia memiliki saham di maskapai penerbangan nasional Indonesia Garuda, yang rencananya untuk merestrukturisasi utangnya senilai USD 10 miliar.

7. Prajogo Pangestu

Prajogo Pangestu (KATADATA)

Prajogo Pangestu menempati peringkat ke-7 dengan kekayaan bersih USD 5.1 miliar atau sekitar Rp 76 triliun.

Putra seorang pedagang karet, Prajogo Pangestu memulai bisnis perkayuan pada akhir 1970-an.

Perusahaannya, Barito Pacific Timber, go public pada tahun 1993.

Pada tahun 2007, berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis perkayuannya.

Di tahun yang sama, Barito Pacific mengakuisisi 70 persen perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

8. Boenjamin Setiawan dan Keluarga

Pendiri PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), Boenjamin Setiawan, meninggal dunia pada Selasa (4/4/2023). (101red.com/ tribunwiki)

Boenjamin Setiawan dan Keluarga tercatat memiliki kekayaan sebesar USD 4,8 miliar atau sekitar Rp 72 T.

Boenjamin Setiawan mendirikan Kalbe Farma di sebuah garasi pada tahun 1966 bersama lima saudara kandungnya. 

Dia meninggal pada April 2023 pada usia 89 tahun.

Kalbe Farma kini menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia.

9. Tahir dan Keluarga

Pada peringkat 9, ditempati oleh Tahir dan keluarga dengan kekayaan bersih sebesar USD 4,2 miliar atau sekitar Rp 6,3 triliun.

Tahir, yang menggunakan satu nama, adalah pendiri grup Mayapada.

Sebuah konglomerat yang bergerak di bidang perbankan, perawatan kesehatan, dan real estat.

Keluarga memiliki saham di Bank Mayapada dan Maha Properti Indonesia yang terdaftar.

Dia juga memiliki properti di Singapura, termasuk melalui perusahaan properti terdaftar MYP.

10. Djoko Susanto

Djoko Susanto Pemilik Alfamart Grup (Tangkapan Layar dari Forbes.com)

Pada posisi ke-10 ditempati oleh Djoko Susanto dengan kekayaan bersih USD 4.1 miliar atau sekitar Rp 61 triliun.

Djoko Susanto adalah pendiri Alfamart yang memiliki lebih dari 19.000 minimarket di seluruh Indonesia dan lebih dari 1.200 toko di Filipina.

Dia kemudian bermitra dengan taipan rokok kretek Putera Sampoerna untuk membuka kios serupa dan kemudian rantai supermarket diskon.

Ketika Putera menjual bisnis rokoknya kepada Philip Morris pada tahun 2005, Susanto membeli bisnis retail tersebut dan mengembangkannya menjadi jaringan Alfamart.

Pada Juni 2022, perusahaan membeli saham senilai USD 30 juta di Bank Aladin Syariah.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini