TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu Musyawarah Nasional Luar Biasa atau Munaslub yang bertujuan untuk melakukan penggulingan terhadap Airlangga Hartarto sebagai ketua umum adalah isu yang merugikan konsolidasi Partai Golkar di tengah persiapan menghadapi Pemilu 2024.
Para politisi Partai Golkar saat ini disarankan untuk lebih merapatkan barisan, tidak terjebak pada manuver faksi-faksi oportunis di internal partai.
Pengamat politik ARSC, Ikhwanul Maarif, menanggapi soal isu terkait Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang digulirkan oleh Dewan Pakar Partai Golkar untuk mengevaluasi keputusan Munas Golkar pada 2019 lalu.
"Menurut saya, isu begal politik ini isu receh, hanya akan membuat Partai Golkar seolah partai kecil, partai sebesar Golkar seakan-akan tidak solid, dan tentunya ini akan memunculkan spekulasi dan citra negatif, mengganggu atau bahkan berupaya merubah strategi politik dan konsolidasi partai yang dijalankan oleh Ketua Umumnya, Airlangga Hartarto. Jika dibaca secara kritis, ini permainan faksi spekulan Partai Golkar yang tidak puas dan ingin meningkatkan nilai tawar mereka terhadap Airlangga, bermain di tikungan terakhir," kata Ikhwanul Maarif, Kamis (13/7/2023).
Baca juga: Zaki Iskandar Tegaskan Tidak Ada Munaslub Bagi Partai Golkar DKI Jakarta
Menurut Ikhwanul, dalam tradisi dan aturan lazimnya partai politik, munaslub hanya dapat berlangsung jika ada sesuatu masalah yang sangat prinsipil dan fundamental.
Ikhwanul mengungkapkan Partai Golkar saat ini memiliki nilai tawar dan positioning yang cukup tinggi sebagai partai politik tengah yang menentukan poros koalisi Pilpres 2024.
Berdasarkan sejumlah survei, posisi Airlangga Hartarto juga memiliki prospek yang kuat sebagai calon wapres atau bahkan maju sebagai capres membentuk poros koalisi keempat.
"Menurut survei terakhir ARSC, saya melihat Airlangga Hartarto hari ini sangat potensial untuk menang, sebagai cawapres jika dipasangkan dengan Ganjar ataukah dengan Prabowo. Dia cawapres terkuat secara politik dan kompetensi. Ketum partai besar, dekat dan loyal dengan Presiden Jokowi, diterima berbagai kalangan masyarakat, memahami penguatan ekonomi dan isu-isu kesejahteraan sosial, dan punya prestasi membangkitkan perekonomian," papar Ikhwanul.
Menurut Ikhwanul isu Munaslub Partai Golkar selalu dimainkan sejumlah faksi yang sebenarnya hanya membuang waktu dan merugikan Partai Golkar sendiri.
Menurutnya faksi kecil ini tidak akan mendapat dukungan dari kader dan para pimpinan partai. Apalagi tambahnya nama-nama yang muncul menyuarakan isu ini adalah tokoh-tokoh Golkar periferi yang tidak mencerminkan wajah dan kekuatan Golkar hari ini.
"Kader partai Golkar sebagai kekuatan demokrasi partai politik terbesar kedua di Indonesia harus menunjukkan kualitas mereka sebagai politisi cerdas dan negarawan besar. Jangan mau dipecah, bangun konsolidasi politik yang kuat, dan fokus memenangkan ketua umum mereka dalam Pilpres 2024. Itu semua adalah bagian dari upaya mengawal konsolidasi demokrasi yang sehat dan stabil," tutur Ikhwanul.
Sebelumnya, Kelompok Pemrakarsa Penggerak Kebangkitan Partai Golkar mendesak adanya Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) untuk mengevaluasi Airlangga Hartarto dari kursi Ketua Umum maupun calon presiden.
Keputusan itu diungkap setelah eksponen Golkar yang tergabung dalam Kelompok Pemrakarsa Penggerak Kebangkitan Partai Golkar melakukan pertemuan di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (12/7/2023).
Sejumlah tokoh yang hadir adalah Wakil Ketua Umum DEPINAS SOKSI Lawrence T.P Siburian, Anggota Dewan Pakar Golkar Ridwan Hisjam dan Mantan Anggota Dewan Pakar Golkar Zainuddin Bintang.