Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi menanggapi kritikan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh yang menyebut revolusi mental yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum menjadi kenyataan.
Menurut Viva Yoga, kebijakan revolusi mental Presiden Jokowi merupakan gerakan pemikiran, sosial, kebudayaan, dan kemanusiaan.
Hal yang diubah adalah cara pandang, mindset, sikap, perilaku, dan karakter.
Ia menuturkan hal yang ingin dicapai dari gerakan revolusi mental Jokowi adalah suatu tatanan masyarakat, bangsa, dan negara yang sesuai dengan Pancasila, cita-cita kemerdekaan, dan UUD RI 1945.
"Serta mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa, memiliki integritas pribadi, mandiri, cerdas, kreatif, inovatif, memiliki ilmu pengetahuan, dan cinta tanah air," kata Viva Yoga saat dikonfirmasi, Senin (17/7/2023).
Menurutnya, gerakan revolusi mental merupakan gerakan yang tidak instan dan langsung jadi. Dia bilang, gerakan tersebut membutuhkan proses yang panjang.
Baca juga: Golkar Sindir Balik Surya Paloh Soal Kritik Revolusi Mental Presiden Jokowi Belum Jadi Kenyataan
"Jadi, revolusi mental itu adalah gerakan yang tidak instan, tidak dalam waktu cepat lngsung jadi. Hal itu membutuhkan proses afirmatif agar dapat meningkatkan dan mempercepat hasil dan tujuan revolusi mental," jelasnya.
Lebih lanjut, Viva menambahkan bahwa pihak yang bertanggungjawab sukses tidaknya gerakan revolusi mental utamanya adalah partai politik pendukung pemerintah.
"Semestinya hal itu juga menjadi tanggungjawab NasDem yang saat ini masih merasa menjadi partai koalisi pemerintah karena masih ada menterinya di kabinet," pungkasnya.
Baca juga: Surya Paloh Kenang Dukungan NasDem ke Jokowi di 2014, Revolusi Mental jadi Alasan Kecocokan
Sebelumnya, Ketua Umum NasDem Surya Paloh membeberkan latar belakang terkait gerakan perubahan yang dicanangkan pihaknya bersama Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (Capres) 2024.
Menurut Surya Paloh, gerakan perubahan yang dikedepankan pihaknya tersebut sejalan dengan misi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam melihat fenomena bangsa Indonesia.
Dimana, Jokowi saat menjadi calon presiden di Pemilu 2014 selalu menggaungkan terkait pentingnya melakukan revolusi mental.
Pernyataan itu disampaikan Surya Paloh saat memberikan orasi politiknya di hadapan ribuan kader NasDem dalam acara Apel Siaga Perubahan, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta.
"Nah ini yang perlu saya ingatkan kepada saudara bahwasanya pikiran, gerakan perubahan, yang juga sejalan dengan apa yang pernah dikonstatir oleh Presiden Jokowi untuk melaksanakan revolusi mental adalah sebenarnya identik dengan misi gerakan perubahan kita," kata Surya Paloh, Minggu (16/7/2023).
Dengan dibangunnya misi tersebut oleh Jokowi menjadikan landasan Partai NasDem kata Paloh, mengusung mantan Wali Kota Solo itu sebagai calon presiden (capres) untuk Pemilu 2014.
"Senafas, sebangun, sejalan dan itulah kenapa ketika pada tahun 2014 pemilu dengan seluruh kekuatan dan harapan, energi yang kita miliki kita dukung yang namanya Presiden Jokowi kala itu sebagai calon presiden untuk menjadi presiden di negeri ini saudara-saudaraku," ucap Paloh.
Dirinya menyebut, upaya Paloh dalam mendukung Jokowi saat itu dilakukan dengan penuh harapan.
Sebab mereka meyakini kalau dengan upaya itu bisa mewujudkan impian terciptanya revolusi mental seperti apa yag digaungkan oleh Jokowi.
"Kita memberikan dukungan yang totalitas kenapa? karena kita mempunyai keyakinan dengan konsepsi gagasan dan pemikiran yang sama dengan apa yang kita miliki, logika kita menyatakan kita yakin progres perjalanan kemajuan kita berbangsa dan bernegara, akan jauh lebih hebat seperti apa yang kita harapkan," tutur dia.
Hanya saja, Paloh menilai bahwa hingga kini tujuan yang ditargetkan itu belum seutuhnya terlaksana.
Hanya saja, Paloh tidak membeberkan secaa detail maksud belum terlaksananya tujuan atau misi dalam membangun revolusi mental tersebut.
"Tapi sayang seribu kali sayang, sayang seribu kali sayang, harapan belum menjadi kenyataan, apa yang harus berani kita nyatakan menjelang 78 tahun kemerdekaan bangsa yang kita miliki," tukas Paloh.