Megawati juga menceritakan kembali bagaimana sejarah BRIN. Berawal dari diskusi-diskusi dirinya sejak Jokowi menjadi presiden di tahun 2014.
“Beliau bertanya gampang. Ibu, kenapa research kita amburadul? Jangan nanya saya, saya bilang. Tanya aja sama para pejabat yang ada di pemerintahan anda, satu. Yang kedua, lalu kalau menurut Ibu sebaiknya bagaimana? Ini betul mau dengerin saya. Itu dari Pak Jokowi sejak periode satu, loh,” kata Megawati.
Baca juga: Megawati Ingatkan Peneliti BRIN: Jangan Hanya Bangga Hasil Penelitian Terbit di Jurnal
Dia juga menceritakan, bagaimana pengalamannya saat di Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, peternakan, perkebunan, transmigrasi serta lingkungan hidup.
“Saya sendiri jadi mengalami secara praktis lapangan memang amburadul. Nah, jadi saya hanya bilang ke beliau (Jokowi), kalau (lembaga riset) tidak disatukan pak, boro-boro Indonesia mau maju, karena apa? Egosentris daripada researcher itu berkembang, karena mereka berada di tempat masing-masing, lain-lain. Padahal dengan ilmu yang sama,” ungkap Megawati.
“Karena beliau baru mengerti, coba bapak lihatlah di kementerian, banyak litbang-litbang saling tumpuk. Saya pernah presiden loh, Saya pernah wapres, lho. Saya ingin mengubah itu tapi hanya 3 tahun saya jadi presiden. Jadi, bapak (Jokowi) yang harus mengubah. Jadi usul ibu apa? Jadi satu bentuk lembaga. Bentuknya apa? Harus sebuah badan yang langsung (berkoordinasi) ke presiden,” sambungnya.
Megawati mengaku dirinya takkan tinggal duduk diam di belakang meja sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN, bahkan akan berkeliling untuk bertemu para peneliti. Sebab Megawati ingin ada perubahan mindset soal riset dan inovasi.
Dalam kesempatan itu, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dan Wakil Kepala BRIN Laksamana Madya (Laksdya) Amarulla Octavian turut hadir dalam acara tersebut.
Tak hanya itu, jajaran Dewan Pengarah BRIN juga hadir seperti Sri Mulyani, Soeharso Monoarfa, Bambang Kesowo, hingga Emil Salim.