TRIBUNNEWS.COM - Massa dari elemen buruh melakukan aksi menolak Undang -Undang (UU) Cipta Kerja di sekitaran Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2023).
Massa aksi itu memblokade jalan di kawasan Patung Kuda dan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Aksi tersebut, berjalan hingga tengah malam.
Demo ini merupakan bagian aksi long march buruh dan tenaga kesehatan dari Bandung sejak Kamis (3/8/2023).
Selengkapnya, berikut fakta-fakta mengenai demo buruh menolak UU Cipta Kerja, yang dirangkum Tribunnews.com:
1. Isi Tuntutan
Massa yang melakukan demo terdiri dari beberapa aliansi.
Mereka tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), hingga Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK).
Berikut isi tuntutan:
- Cabut Omnibuslaw Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Cipta Kerja beserta PP Turunannya
- Cabut Seluruh kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan konstitusi (UU Minerba, KUHP, UU Cipta Kerja beserta peraturan pelaksananya, UU IKN, UU Pertanian, RUU Sisdiknas dan Revisi UU ITE)
- Cabut Permenaker Nomor 5 Tahun 2023 tentang Penyesuaian Waktu Kerja dan Pengupahan pada Perusahaan Industri Padat Karya Tertentu Berorientasi Ekspor yang Terdampak Perubahan Ekonomi Global
- Tolak Bank Tanah, Hentikan Liberalisasi Agraria dan Perampasan Tanah,
- Hentikan Pembungkaman ruang Demokrasi di Lingkungan Akademik,
- Hentikan represifitas dan Kriminalisasi terhadap Gerakan Rakyat di Semua Sektor masyarakat.
2. Dijaga Ribuan Personel
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko, menyebut ada 6.612 personel gabungan yang dikerahkan untuk melakukan pengamanan.
Personel gabungan yang diturunkan itu terdiri dari anggota Polri, TNI dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
"Tentunya perkuatan dalam rangka melayani dan juga mengawal yaitu sejumlah 6.612 personel," kata Trunoyudo, Kamis (10/8/2023).
3. Mantan Menkeu Rizal Ramli Ikut Orasi
Mantan Menteri Keuangan (Menkeu), Rizal Ramli, turut melakukan orasi dalam demo buruh Kamis (10/8/2023) kemarin.
Dalam orasinya, ia menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berbohong dan memiskinkan rakyat.
Sedangkan Jokowi bersama pejabat pemerintahan justru semakin kaya.
"Jokowi ajak kita miskin berjamaah, dia sendiri bersama pejabatnya enggak miskin, malah nambah kaya," kata Rizal Ramli dalam orasinya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan semua janji Jokowi abal-abal.
Rizal Ramli menilai, Jokowi tidak mencerdaskan rakyat tapi justru meningkatkan kekayaan oligarki.
"Jokowi dengan kebohongannya berkali-kali, dengan janji abal-abal tidak mencerdaskan rakyat.È
"Jokowi dengan memakai buzzer bayaran justru memperbodoh rakyat."
"Jokowi tapi berhasil meningkatkan kekayaan oligarki secara ugal-ugalan," ujar Rizal Ramli.
4. Berlangsung hingga Malam
Massa demo dari sejumlah elemen buruh itu baru membubarkan diri sekitar pukul 23.30 WIB.
Dengan selesai tengah malam itu, massa buruh melanggar aturan penyampaian pendapat yang harusnya selesai sekitar pukul 18.00 WIB.
Para massa aksi juga melakukan pembakaran terhadap spanduk-spanduk yang mereka bawa untuk atribut demo.
Bahkan, salah satu orator mengancam akan bermalam di kawasan ini hingga pemerintah mencabut UU Omnibuslaw Cipta Kerja hingga UU Kesehatan.
"Ingat kawan-kawan, kita sudah berjuang sejak lama. Ini kita akan bermalam hari ini. Jadikan tanggal 10 Agustus menjadi momentum," ucap orator.
5. Polisi Sempat Negosiasi
Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto, mengatakan pihaknya sudah melakukan negosiasi kepada para koordinator lapangan (korlap) agar aksi segera diselesaikan.
Namun, pihaknya lebih memilih mengalah agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
"Pada prinsipnya, walaupun kami menyiapkan personel yang cukup banyak, tapi kami tidak berarti ingin melakukan hal-hal yang sifatnya represif."
"Kalau bisa diimbau pelan-pelan, ya kami mengalah, tak apa-apa kami mengalah. Kami sabar menunggu, rekan-rekan pengunjuk rasa menyelesaikan acaranya," kata Karyoto, Jumat (11/8/2023) dini hari.
Di sisi lain, Karyoto mengatakan hingga malam tadi, masih banyak ibu-ibu yang masih bertahan di dalam massa aksi tersebut.
"Ya kita lihat sudah malam hari beberapa perkiraan, masih ada ibu-ibu yang demo juga tadi."
"Kalau kita lakukan tindakan-tindakan represif tentunya, sebenarnya tindakan represif yang paling awal adalah sangat-sangat soft," jelasnya.
(Tribunnews.com/Milani Resti/Abdy Ryanda Shakti/Mario Chritian)