Sumur itu terletak di tengah-tengah struktur abadi dengan kedalaman laut 457 meter dan total kedalaman 4.230 meter.
Nah, Inpex sebelumnya sudah mendapatkan hak melakukan kegiatan eksplorasi di Blok Masela melalui penandatanganan kontrak Masela PSC pada 16 November 1998.
Baca juga: Masuknya PHE di Blok Masela Diyakini Bawa Dampak Positif Bagi Perekonomian Indonesia Timur
Sejak saat itu, Inpex melalui Inpex Masela Ltd melakukan kegiatan eksplorasi hidrokarbon di blok tersebut, dengan kepemilikan saham 100 persen.
Seiring berjalannya waktu, Inpex memiliki hak partisipasi sekaligus bertindak sebagai operator, sebesar 65 persen.
Sisanya, dimiliki oleh Shell Corporation sebesar 35 persen.
Pada 2019, Shell pun menyatakan mundur dan melepas hak partisipasinya dari Blok Masela.
Dengan demikian, perlu dilakukan pengganti posisi Shell untuk menjadi mitra Inpex mengelola proyek gas tersebut.
Maka dalam hal ini, Pertamina dan Petronas, BUMN migas asal Malaysia melalui anak usahanya mengambil alih bagian Shell untuk mengelola Blok Masela sebesar 35 persen.
Dikutip dari Kompas.com, nilai yang dibayar Pertamina dan Petronas atas akuisisi itu sebesar 650 juta dollar AS atau sekitar Rp 9,75 triliun (kurs Rp 14.500 per dollar AS).
Perjanjian pengambilalihan pun sudah ditandatangani pada 25 Juli 2023.
Dengan ditekennya perjanjian itu, PHE akan mengelola 20 persen dari kepemilikan tersebut dan 15 persen akan dikelola oleh Petronas Masela.
Maka dalam mengelola proyek gas tersebut, Pertamina dan Petronas akan bermitra dengam Inpex yang memiliki porsi hak partisipasi sebesar 65 persen.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, Lapangan Abadi Blok Masela berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja.
Pengembangan Blok Masela ini diharapkan dapat membantu percepatan pengembangan area lokal, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan dapat menyerap tenaga kerja lokal.