Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kolaborasi Universitas Hasanudin dan Taiwan International Cooperation and Development Fund (Taiwan ICDF) berhasil menghadirkan varietas padi unggul.
Upaya tekun selama enam tahun dalam proyek ini telah membuahkan hasil luar biasa bagi pertanian Indonesia.
Baca juga: Gandeng BRIN dan Syngenta, Wilmar Padi Indonesia Kembangkan Benih Padi Unggul
Proyek ini berfokus membantu pengembangan organisasi petani dan produksi benih padi di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil varietas padi unggul, sehingga meningkatkan produksi dan kualitas beras secara keseluruhan, sekaligus meningkatkan pendapatan produsen benih.
Dirjen Dikti Kemendikbudristek Prof Nizam mengatakan, kerja sama yang sudah berjalan selama 6 tahun ini menutup fase pertamanya, antara Universitas Hasanudin dan TETO, untuk pengembangan pertanian di Sulawesi Selatan.
"Pemanfaatan bibit unggul menunjukkan hasil positif dengan meningkatnya produktivitas petani,” kata Nizam pada acara Expanding High Quality Rice Seed Production di Jakarta belum lama ini.
Dikatakannya, kolaborasi dengan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin ini melibatkan inisiatif seperti mempromosikan sawah seluas 400 hektar, mengadakan sesi pelatihan, dan merevisi manual budidaya padi, sehingga secara efektif mendorong pembangunan pertanian.
Sebagai respons terhadap tantangan perubahan iklim, proyek ini telah membangun stasiun cuaca sederhana di daerah-daerah penting penghasil beras di Provinsi Sulawesi Selatan, mengumpulkan data meteorologi dan memberikan panduan pertanian secara real-time untuk mengoptimalkan proses produksi beras.
Baca juga: Wagub Kalteng Melakukan Panen Perdana Padi di Kabupaten Pulang Pisau
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Hasanuddin Jamaluddin Jompa mengatakan, proyek ini juga telah memperkenalkan varietas padi asli Indonesia yang memiliki sifat tahan rebah dan pematangan awal, sehingga berkontribusi terhadap ketahanan iklim di wilayah tersebut.
Demonstrasi drone dalam proyek ini telah mengeksplorasi penerapan teknologi modern di bidang pertanian, membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam produksi pertanian.
“Program ini bukan lagi bicara tentang riset dan pengembangan tapi sudah skala besar karena sepertiga dari kebutuhan benih di Sulawesi Selatan diproduksi oleh proyek ini dan melibatkan banyak sekali petani," kata Jamaluddin Jompa.
Sebelum adanya intervensi, hanya satu persen total kebutuhan benih padi bersertifikat di Provinsi Sulawesi Selatan yang diproduksi namun setelah intervensi proyek angka ini meningkat menjadi 12 persen.
"Selain itu, proyek ini telah menghasilkan peningkatan pendapatan petani secara keseluruhan sebesar 20 persen," kata Jamaluddin.
Baca juga: Sukses Akselerasi Bisnis UMKM, PaDi Bukukan Total Transaksi Rp 7,5 Triliun Sepanjang Semester 1 2023
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, proyek kerjasama ini mampu meningkatkan varietas agar punya daya produktivitas yang lebih tinggi, tahan hama, tahan kekeringan itu menjadi suatu labeling dari Unhas.
"Saya mengapresiasi dan mendorong itu bisa dilakukan dengan MoU yang baru dengan lebih khusus antara Unhas dan Taiwan,” kata Syahrul Yasin Limpo.