TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan Maju Tani menawarkan konsep meta farming untuk menghadapi masalah krisis pangan dunia yang berada di depan mata.
Konsep meta farming ini akan dipaparkan Gerakan Maju Tani kepada Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko pada Senin (11/9/2023) mendatang di Kantor KSP, Jakarta.
Pendiri Gerakan Maju Tani, Erwin Gunawan mengatakan dunia di ambang masalah masalah krisis pangan, termasuk Indonesia.
Dengan jumlah penduduk 278 juta jiwa, Indonesia menghadapi beberapa persoalan dalam hal ketahanan pangan.
Mulai dari lahan yang terus berkurang, hingga jumlah petani yang terus menurun.
Erwin membeberkan data bahwa saat ini 70 persen petani di Indonesia berusia di atas 65 tahun.
Baca juga: India Umumkan Larangan Ekspor Gula Pasir, Ancaman Krisis Pangan Semakin Mengkhawatirkan
Dari hasil survei Jakpat, hanya 6 dari 100 generasi Z berusia 15-26 tahun yang ingin bekerja di bidang pertanian.
Ada sejumlah alasan mengapa banyak generasi Z tak mau bekerja di bidang pertanian, antara lain pendapatan kecil, penuh risiko, dan tidak menjanjikan.
Rendahnya minat pemuda bekerja di sektor ini pun membuat Indonesia harus puas berada di urutan keenam negara dengan proporsi tenaga kerja pertanian tertinggi di Asia Tenggara.
Sementara menurut ASEAN Statistics Division, proporsi tenaga kerja pertanian di Indonesia sebesar 29,8 persen pada 2020.
Posisi Indonesia berada di bawah Kamboja dengan proporsi tenaga kerja pertanian sebesar 32,1 persen.
Sedangkan, Myanmar menjadi negara yang memiliki proporsi tenaga kerja pertanian paling tinggi di Asia Tenggara, yakni 48,9 persen.
Baca juga: Krisis Pangan Hantui Seluruh Negara di Tahun 2050, Simak Penjelasan BMKG
Persoalan ini kata Erwin, tidak bisa diserahkan begitu saja kepada pemerintah.
Krisis pangan adalah masalah bersama yang harus diatasi dengan partisipasi setiap warga Indonesia.