“Maka itu kami Gerakan Maju Tani ingin melibatkan seluruh anak bangsa untuk ikut berkontribusi, sekecil apapun itu menyelesaikan masalah ini," kata Erwin, Jumat (8/9/2023).
"Dengan masalah lahan yang terbatas, jumlah petani berkurang, tentu akan memengaruhi ketahanan pangan. Maka itu Gerakan Maju Tani mengajukan konsep meta farming, di mana semua orang bisa menjadi petani meski tidak memiliki lahan,” katanya.
Dijelaskan Erwin, meta farming ini memanfaatkan teknologi untuk membantu orang-orang yang berminat menjadi petani.
Baca juga: Dituding Jadi Penyebab Krisis Pangan, India Klarifikasi Tidak Pernah Larang Ekspor Beras
Meta farming adalah platform online di mana semua orang bisa terlibat dalam pertanian.
Lewat aplikasi ini, mereka yang tertarik untuk bertani bisa bercocok tanam di lahan yang sudah disiapkan oleh meta farming.
“Contoh GREENS yang memiliki aplikasi meta farming punya lahan pertanian dengan smart control agriculture di mal atau juga restoran, bikin ladang pertanian yang kita sebut green pod bertanam di dalam restoran," ujarnya.
"Jadi, anak muda yang ingin bertani di meta farming bisa belajar cara bertani, mulai dari membeli bibit hingga memanen hasilnya yang nantinya akan bagi hasil dengan pemilik aplikasi,” jelas Erwin.
Dijelaskan Erwin, konsep Meta Farming diciptakan untuk menginspirasi generasi muda agar mau menjadi petani.
Baca juga: Hasto Singgung soal Kejahatan Lingkungan, Jokowi: Food Estate untuk Antisipasi Krisis Pangan
Termasuk pihak lain yang tertarik untuk bertani, namun tidak tahu caranya.
Gerakan Maju Tani berharap Ketua Umum HKTI yang juga Kepala KSP Moeldoko memberikan dukungan menyosialisasikan konsep Meta Farming ini.
“Gerakan ini tidak hanya difokuskan di Jakarta, tapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Kami berharap semakin banyak yang mau bergabung dengan Gerakan Maju Tani dan mau bertani dengan konsep meta farming. Upaya ini diharapkan bisa meningkatkan jumlah petani muda di Indonesia,” jelas Erwin.