Mengutip Instagram @infoBMKG, El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur.
Sementara IOD merupakan fenomena penyimpangan Suhu Muka Laut (SML) di Samudra Hindia.
Suhu Muka Laut dapat menyebabkan berubahnya pergerakan atmosfer atau pergerakan masa udara.
Dari pengamatan yang dilakukan BMKG, indeks El Nino pada Juli 2023 telah mencapai level moderate.
Sementara IOD sudah memasuki level index yang positif.
Saat kondiri IOD positif, suhu muka laut di Samudera Hindia bagian barat akan menghangat.
Kondisi IOD positif ini menyebabkan berkurangnya curah hujan di Indonesia.
Sedangkan suhu muka laut di Samudra Hindia bagian timur mendingin.
Fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan sehingga membuat musim kemarau 2023 menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah.
Kondisi itu akan lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022.
Lantas apa dampak dari El Nino dan IOD yang melanda Indonesia?
Dari keterangan BMKG, ada dua jenis dampak yang terjadi akibat El Nino dan IOD yang melanda Indonesia.
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG Jawa Barat Selasa, 12 September 2023: Tasikmalaya Cerah Berawan, Sukabumi Hujan
Dampak positif dari fenomena ini yaitu:
- Potensi panen garam meningkat