TRIBUNNEWS.COM - Praktik pengelolaan sampah berkelanjutan masih menjadi topik hangat yang mendapat perhatian khusus pemerintah. Untuk menyikapi hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan dan Energi Baru Terbarukan (LIKE) yang berlangsung di Indonesia Arena, Kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (16/9/2023).
Salah satu isu utama yang diulas dalam penyelenggaraan festival ini, yakni penerapan circular economy dalam pengelolaan sampah kemasan demi mewujudkan praktik pengelolaan sampah berkelanjutan yang mendatangkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
Untuk mendukung komitmen tersebut, KLHK mengajak beberapa produsen dan mitra-mitra koleksi dan daur ulang guna menciptakan penerapan circular economy yang terintegrasi dan komprehensif.
Le Minerale sebagai produsen Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) bersama PT Prevented Ocean Plastic Indonesia (PT POPI) selaku mitra koleksi sampah plastik PET dan PT Bumi Indus Padma Jaya (PT BIPJ) sebagai pabrik daur ulang Le Minerale yang memproduksi food grade recycle PET menyambut baik kolaborasi yang diinisiasi KLHK tersebut, sekaligus mewujudkan aksi nyata atas komitmen dan sinergi dengan pemerintah.
Baca juga: Le Minerale dan Gerakan The Rising Tide - Resonance 2023 Bersatu Lawan Timbulan Sampah
Hal itu ditandai dengan penandatanganan Piagam Kerjasama ‘Kemitraan Pengumpul dan Daur Ulang Sampah Kemasan dalam Rangka Pemenuhan Bahan Baku Industri Daur Ulang Plastik’ antara ketiga perusahaan yang dilakukan bersamaan dengan momentum Festival LIKE.
Pada kesempatan yang sama, Sustainability Director Le Minerale, Ronald Atmadja, menyampaikan dalam sesi dialog bahwa pihaknya telah berkomitmen dalam Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional (GESN), sehingga diharapkan gencarnya kolaborasi dan sinergi antara pelaku industri daur ulang sampah plastik akan menjadikan proses pengumpulan dan penyalurannya lebih efektif dan efisien.
“Kita mendorong peningkatan collection rate untuk membuat collector efficient dan bersaing di industri daur ulang, menyediakan recycle point di berbagai lokasi, dan terus mengedukasi masyarakat untuk bijak mengelola plastik,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga telah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk platform aplikasi digital untuk meningkatkan collection rate dari pengumpulan sampah plastik daur ulang.
Baca juga: KLHK Apresiasi Kerja Sama Le Minerale dan PT Polindo Utama: Dukung Upaya Mengurangi Sampah Nasional
“Kita percaya kalau demand ada, collection rate meningkat. Jadi pilah sampah dari rumah menjadi kunci. Kita juga mencoba mengedukasi secara simpel apa yang mereka lakukan di rumah,” kata Ronald.
Ronald mengungkapkan, untuk mencapai circular economy diperlukan ekosistem yang baik dan kuat melalui kolaborasi pemerintah, masyarakat, produsen, sektor informal, waste collector, waste recycler, dan industri pengemasan. Le Minerale sendiri telah membangun pabrik recycle plastik food grade. Dirinya berharap pemerintah dapat memberikan insentif kepada industri yang turut mendukung sinergi tersebut.
“Harapannya ada insentif untuk produsen dan penggiat industri baru agar bisa membuat recycle produk sesuai kebutuhan untuk jangka panjang,” tutup Ronald.
Lebih lanjut, Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Rosa Vivien Ratnawati,SH., MSD., menjelaskan bahwa prinsip bisnis berkelanjutan adalah keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan sosial, dan lingkungan hidup. Bisnis berkelanjutan merupakan jawaban konkret atas terjadinya triple-crisis yang terjadi saat ini, yaitu perubahan iklim, biodiversity loss, dan polusi, termasuk polusi plastik.
Berkaitan dengan hal ini, pihaknya pun selalu meminta para asosiasi agar senantiasa membantu bank sampah jika ada suatu daerah yang kekurangan offtaker.
"Kita ingin mendorong ekosistem itu meskipun tidak mudah. Ketika ada daerah yang kekurangan offtaker biasanya mereka mau membantu," kata Rosa Vivien.
Ia melanjutkan, pihaknya banyak melakukan pendekatan dan komunikasi yang komprehensif dengan produsen untuk menyatukan visi misi.
“Kami selalu mengupayakan agar rantai pasokan selalu terjaga karena akan berdampak pada collection rate. Dan yang juga perlu dilakukan adalah dengan konsisten mengedukasi masyarakat akan pentingnya memilah sampah dari rumah. Kita perlu memastikan rantai pasokan daur ulang ini terjaga prosesnya, berjalan dari hulu ke hilir.”
Baca juga: Selalu Jaga Kualitas dan Keamanan Produk, Le Minerale jadi Air Mineral Terpilih bagi Anak Indonesia
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Adupi), Christine Halim mengapresiasi penyelenggaraan acara yang dapat menghubungkan semua stakeholder.
"Tentunya akan menjadi kemudahan perjumpaan bank sampah recycle dan produsen akan menimbulkan kesadaran," katanya.
Terakhir, Christine menjelaskan pihaknya juga telah mempersiapkan bahan-bahan yang bagus dan siap digunakan oleh para produsen.
"Kalau ini bisa berlangsung terus-menerus akan jadi circular economy. Perlu digiatkan edukasi seperti ini agar mereka mau menggunakan daur ulang plastik," ujarnya.
Festival LIKE resmi dibuka oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Menteri LHK) Siti Nurbaya. serta Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki. Festival tersebut dapat dikunjungi masyarakat umum secara gratis hingga 18 September 2023.(*)