Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) Balitbang-Diklat Kementerian Agama terus mengembangkan layanan Al-Qur'an dengan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Informasi tersebut disampaikan oleh Kepala LPMQ, Abdul Aziz Sidqi dalam Lokakarya Pengembangan Alquran Digital beberapa waktu lalu di Jakarta.
Baca juga: Jokowi Terima Mushaf Alquran dari Rektor UNSIQ
Aziz memaparkan, pengembangan layanan Alquran dengan teknologi AI saat ini menjadi kebutuhan yang cukup mendesak.
Masyarakat membutuhkan akses informasi yang cepat, tepat, dan akurat.
Karena itu, khusus di bidang Alquran informasi tersebut harus valid dengan sumber-sumber referensi yang dapat dipertanggungjawabkan.
"Di bidang Alquran, layanan AI yang tersedia di Dunia Maya masih banyak kelemahan. Teks ayat, terjemahannya, juga tafsirnya banyak yang tidak tepat. Untuk itu, kita harus mengembangkan layanan Alquran dengan teknologi AI. Dan langkah awal yang harus dilakukan adalah merumuskan grand designnya," terang Aziz.
Baca juga: Presiden Iran di Sidang Umum PBB: Alquran Kekal & Abadi, Penghinaan Tak Bisa Hapus Kebenaran Alquran
Selain chatbot Alquran, LPMQ juga akan mengembangkan layanan Sistem Informasi Layanan Tashih (Silat) dengan penambahan Software Tashih Otomatis.
Software tersebut diperuntukkan sebagai sarana pentashihan master mushaf Al-Qur'an dalam bentuk file, sebelum ditashih atau diperiksa secara manual oleh tim pentashih.
Dalam pengembangan aplikasi ini, LPMQ tetap akan mengikuti grand design dari biro Humas Data dan Informasi (HDI)," ujar Aziz.
Kepala Biro HDI, Kemenag, Ahmad Fauzin, menambahkan, pihaknya mendukung upaya LPMQ mengembangkan layanan Alquran berbasis teknologi itu.
Ia pun mengingatkan, untuk harus tetap mengikuti regulasi dan terintegrasi dengan Pusaka SuperApp Kemenag.
Menurutnya, saat ini, tercatat ada 2.258 sistem aplikasi di Kemenag, sebagian besarnya tidak aktif.
Baca juga: Mahfud MD Minta Tarik Alquran yang Salah Cetak, Kemenag Buka Suara
Kemenag terus melakukan penataan sistem informasi dan mencoba mengintegrasikannya ke dalam Pusaka SuperApp.
"Pengembangan layanan Alquran dengan AI merupakan bagian dari upaya penjagaan Alquran. Saya mendukung hal baik ini. Tetapi, harus terintegrasi dengan Pusaka SuperApp Kemenag dan mengikuti regulasi yang ada," pesan Fauzin.
Fauzin menerangkan, dalam proses digitalisasi ada empat hal yang harus dipenuhi, antara lain:
1. Skill digital atau keterampilan digital;
2. Digital Etik yaitu konten-konten digital yang positif, konstruktif, dan beretika;
3. Culture Digital atau membangun budaya digital yang baik;
4. Safety Digital atau keamanan digital.
"Jangan sampai, kita semangat membangun aplikasi tetapi lupa membangun keamanan digitalnya. Banyak aplikasi Kemenag di daerah banyak diretas, bahkan ada yang dipakai judi online," harap Fauzin.