Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah masyarakat yang merasa menjadi bagian dari warga Muhammadiyah alami penurunan dari waktu ke waktu. Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, menjabarkan hasil survei pada Agustus 2023, 2014, dan 2005.
Pada hasil survei tahun 2005, sebanyak 9,4 persen responden menjawab merasa bagian dari keluarga besar Muhammadiyah. Namun, angka ini menurun pada tahun 2014 di mana dengan pertanyaan yang sama, hanya 7,8 persen responden yang menjawab bagian dari keluarga besar Muhammadiyah.
Kini, pada survei Agustus 2023, persentasenya semakin menurun di angka 5,7 persen.
"Selama 18 tahun, warga yang merasa bagian dari Muhammadiyah menurun hampir separuhnya," kata Denny JA saat dikonfirmasi, Sabtu (23/9/2023).
Sementara dari sisi aspirasi politik, lanjut Denny, pada tahun 2004 warga Muhammadiyah yang menyatakan bagian dari Partai Amanat Nasional (PAN) di atas 50 persen. Namun, terkini, mereka yang menyatakan bagian dari PAN menurun hanya 17,5 persen. Sisanya menyebar ke berbagai partai lainnya.
Baca juga: Survei LSI Denny JA: Prabowo Unggul di Pemilih NU, Muhammadiyah, dan Ormas Islam Lainnya
Denny menyatakan warga Muhammadiyah menyalurkan aspirasinya lebih beragam. Mereka tak lagi menjadikan PAN sebagai partai pilihan utama.
Sementara itu, dari sisi teritori, 77 persen warga Nahdlatul Ulama (NU) menetap di Pulau Jawa, sedangkan warga Muhammadiyah yang menetap di Jawa hanya 60 persen. Warga Muhammadiyah lebih tersebar ke banyak pulau. Sebanyak 35 persen warga Muhammadiyah menetap di Pulau Sumatera.
Denny mengungkapkan, sebanyak 67,5 persen warga Muhammadiyah menyatakan bahwa agama dan politik tak bisa dipisahkan. Persentase ini lebih banyak dibandingkan warga NU yang sebanyak 50 persen.
Baca juga: PKB-PKS Satu Koalisi, Sudirman Said Yakini Anies-Muhaimin Bakal Kuasai Suara NU dan Muhammadiyah
Namun, 95 persen warga Muhammadiyah setuju Pancasila menjadi asas tunggal negara Indonesia. Selain itu, 82,5 persen warga Muhammadiyah juga menyatakan bahwa syariat Islam jangan menjadi basis pemerintahan.
"Namun, pertanyaannya mengapa persentase mereka yang mengaku warga Muhammadiyah menurun dari waktu ke waktu? Ini pekerjaan rumah tak hanya bagi pengurus Muhammadiyah. Ini juga bahan renungan bagi kita yang peduli dengan ormas yang sangat modern, sangat pro pada kemajuan, seperti Muhammadiyah," pungkas Denny.