Intinya, transformasi sosial Indonesia tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab ideologis berdasarkan Pancasila, tapi juga tantangan dunia. Dengan demikian, tantangan transformasi sosial Indonesia adalah bagaimana merancang suatu strategi kebudayaan guna menempuh jalan migrasi paling efektif untuk peningkatan peradaban
yang lebih baik.
“Dengan demikian, jalan ini bukanlah sekedar jalan modernisasi yang meninggalkan keunikan suatu bangsa. Transformasi sosial Indonesia merupakan suatu perubahan yang terencana, berakar pada Pancasila dan jati diri bangsa, namun membuka diri terhadap berbagai gagasan kemajuan yang didorong oleh penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, riset, dan inovasi,” tegas Megawati.
Lalu transformasi sosial ini menyentuh faktor apa saja? Menurut putri Proklamator RI Ir.Soekarno itu, transformasi sosial menyentuh perubahan mentalitas, kultur suatu bangsa, disiplin, peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan harapan hidup.
Pendeknya, untuk menggapai peradaban tertinggi suatu bangsa. Keberhasilan transformasi sosial sebuah bangsa akan dinilai dari peningkatan kohesivitas sosial, bekerjanya nilai-nilai demokrasi, dan penghormatan terhadap kesetaraan setiap warga negara, kata Megawati.
“Dalam tingkatan peradaban ini, maka nilai-nilai etika, moral, dan integritas serta budaya gotong royong yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menjadi kultur bangsa. Dalam tingkatan ini pula, sistem hukum mencerminkan rasa keadilan untuk semua.”
“Hasil yang diharapkan adalah agar berbagai persoalan kemasyarakatan seperti korupsi, kemiskinan, ketimpangan sosial, kebodohan, ketidaksetaraan gender, radikalisme dan ekstremisme dapat diatasi secara elegan dan tuntas,” pungkasnya.
Orasi ilmiah Megawati disampaikan dalam rangka menerima gelar doktor kehormatan di bidang Ilmu Sosial dari Universiti Tunku Abdul Rahman (UTAR), Selangor, Malaysia.
Di acara itu, Megawati didampingi putranya M. Rizki Pratama, putrinya Puan Maharani, cucu, dan para sahabat dekatnya.
Mantan Menteri ESDM dan Menteri Pertahanan RI Prof.Dr.Purnomo Yusgiantoro hadir di acara. Selain itu, hadir juga Kepala BPIP, Prof. Yudian Wahyudi, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dan Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian. Tampak juga Indera Hermono, Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia.
Dari jajaran partai, hadir Ketua DPP PDIP bidang luar negeri Ahmad Basarah dan Ketua DPP PDIP bidang kelautan dan perikanan Prof.Dr.Rokhmin Dahuri. Turut hadir pula sejumlah Anggota Fraksi PDIP di DPR, antara lain Diah Pitaloka, Charles Honoris dan Mufti Aimah Nurul Anam.
Jajaran UTAR sendiri dipimpin oleh Tun Dr. Ling Liong Sik, Canselor Universiti Tunku Abdul Rahman; Prof. Azlinda binti Azman yang merupakan Ketua Pengarah Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia; Tan Sri Dato’ Seri Dr. Ting Chew Peh yang merupakan Ketua Senat Guru Besar; hingga Prof. Dato’ Dr. Ewe Hong Tat, yaitu Presiden Universiti Tunku Abdul Rahman.
Menurut Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, gelar doktor kehormatan dari UTAR ini adalah gelar yang kesepuluh.
"Ini menjadi gelar doktor kehormatan ke-10 bagi Ibu Megawati. Penganugerahan gelar doktor kehormatan ini merupakan pengakuan atas kontribusi Ibu Megawati di bidang sosial, pendidikan, inovasi dan penelitian. PDI Perjuangan sangat bangga dengan pemberian gelar doktor ke-10 kepada Ibu Megawati Soekarnomputri,” kata Hasto.