News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Guru Terapkan Kurikulum Darurat di Tapal Batas Indonesia

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Guru kelas I SDN 002 Malinau Barat, Heppi Ramat.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemendikbudristek mengeluarkan kurikulum dalam kondisi khusus atau kurikulum darurat untuk mengurangi beban pembelajaran pada masa pandemi.

Hampir 50 persen materi pelajaran dipangkas dan hanya menyisakan kompetensi dasar esensial dan prasyarat. Kurikulum ini diterapkan oleh Heppi Ramat, guru kelas I SDN 002 Malinau Barat.

Heppi mengatakan kurikulum ini diterapkan agar para siswa mendapatkan pembelajaran di tengah situasi darurat.

"Jika pada Juni 2020, baru 44 persen dari 22 siswa hanya mampu mengenal huruf, setahun kemudian sudah tidak ada lagi anak di level mengenal huruf," ujar Heppi melalui keterangan tertulis, Rabu (1/11/2023).

Saat itu, Heppi mendapatkan modul literasi, numerasi yang menyajikan struktur dan konten belajar menarik.

Modul siap pakai ini bisa diunduh melalui situs web Kemdikbudristek. Namun, ternyata penerapannya menghadapi kendala, karena pencetakan dan penggandaan modul belajar ini membutuhkan biaya besar.

"Selain anggaran sekolah tidak mencukupi, di Malinau tidak ada percetakan besar," tutur Heppi.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Malinau, Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi), dan para ahli yang ikut mendesain modul belajar literasi dan numerasi dalam menangani permasalahan ini.

Heppi merupakan salah satu tokoh pendidikan pilihan Inovasi. Dalam pembelajaran ini, sekolah boleh melakukan adaptasi modul ke bentuk
lebih sederhana, yaitu lembar aktivitas siswa.

Disdikbud Malinau dengan dukungan Inovasi melatih fasilitator daerah agar dapat menerapkan kurikulum darurat dan modul belajar literasi-numerasi.

Birrul Asrori, salah satu fasilitator daerah, menyatakan, pelatihan dan pendampingan saat pandemi lebih berfokus pada tingkat sekolah dan melibatkan lebih sedikit guru. Kegiatan ini disebut kelompok kerja guru (KKG) mini.

Untuk mengelola kegiatan KKG mini, guru-guru terbaik setiap sekolah direkrut menjadi fasilitator gugus (fasgus).

Pada program ini, Heppi memanfaatkan sinergi sekolah dan taman baca masyarakat (TBM) untuk membantu anak yang kesulitan belajar, terutama dalam membaca.

Jordan dan Maria merupakan dua siswa paling signifikan meningkat kemampuan membacanya. Ketika masuk sekolah, keduanya hanya bisa mengenal huruf.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini