TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Selatan Agus Fatoni meyakini prevalensi stunting di daerahnya bisa diturunkan mencapai 12 persen tahun ini.
Fatoni optimistis target tersebut bisa tercapai dengan kerja keras bersama dari tingkat desa, camat, kabupaten/kota hingga provinsi.
Menurutnya, peran tokoh masyarakat dan swasta juga sangat dibutuhkan untuk mengakselerasi penurunan stunting dan angka kemiskinan ekstrem.
Baca juga: Pj Gubernur Agus Fatoni Terima Penghargaan Pengendalian Stunting dari Tribun Network
“Kalau yang lalu penurunannya 6,2 persen kami berharap minimal sama. Jadi di bawah angka rata-rata nasional dari 18 persen menjadi 12 persen,” katanya dalam wawancara eksklusif di Kantor Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Selasa (31/10/2023).
Fatoni menyebut untuk merealisasikan target itu juga dibutuhkan data yang valid.
“Ini kan berkaitan dengan data tadi, bisa saja dulu ada yang belum terdata kemudian menjadi terdata. Namun dari sisi upaya kami optimis mudah-mudahan bisa tercapai prevalensi stunting 14 persen secara nasional,” imbuhnya.
Baca juga: Perusahaan Tambang Turut Bantu Pemerintah Atasi Persoalan Stunting
Tribun Network memberikan Penghargaan Akselerator Penurunan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem termasuk kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
Berikut petikan wawancara Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Pj Gub Sumsel Agus Fatoni:
Kita kepingin tahu sebagai Pj Gubernur Sumsel terkait angka yang dicapai prevelansi stunting masyarakat?
Kami berterimakasih atas penghargaan yang diberikan. Tentu ini karena kerja keras bersama. Kerja keras dari kabupaten/kora sampai tingkat desa dan juga pemimpin-pemimpinnya termasuk masyarakat serta dunia usaha.
Jadi ketiga komponen ini bersama-sama mengatasi stunting yang ada di Sumatera Selatan. Kebersamaan ini terus kita tingkatkan dan saling melengkapi karena tanpa usaha bersama ini sulit kita lakukan.
Meski begitu, yang sudah kita capai ini agar ditingkatkan lagi dan dimaksimalkan lagi.
Presiden Jokowi meminta agar kepala daerah memberi perhatian terhadap stunting dan juga kemiskinan ekstrem. Apa yang Pak Fatoni lakukan ke depan?
Betul kemarin kami penjabat kepala daerah dikumpulkan oleh Bapak Presiden. Salah satu arahan dari Bapak Presiden dan arahan dari Kementerian Dalam Negeri adalah penanganan stunting.
Tentu banyak prioritas yang lain seperti kemiskinan ekstrem, inflasi termasuk persiapan Pilkada dan Pemilu Pilpres. Terkait stunting Pak Presiden menegaskan pentingnya kerja keras.
Apalagi penjabat kepala darah karena tidak ada beban politik maka bekerjanya harus keras. Kami ini tidak ada biaya politik gitu ya tapi beliau mengingatkan kita suatu waktu akan dievaluasi.
Pesan beliau evaluasi bukan hanya sekian bulan namun per hari kami akan dimonitor. Maka kita wajib menjadi stunting sebagai prioritas.
Saya pun begitu dilantik paling tidak ada lima prioritas yang harus saya kerjakan sesuai arahan Bapak Mendagri (Tito Karnavian), yang pertama inflasi, kedua kemiskinan ekstrem, ketiga stunting, keempat persiapan pilkada/pemilu, dan kelima karhutla.
Baca juga: Program Gerakan Keluarga Cegah Stunting Sasar Warga Pesawaran dan Tasikmalaya
Angka stunting di Sumatera Selatan memang menggembirakan 18 persen tetapi masih jauh dari target nasional 14 persen. Apa yang harus digenjot untuk jeda 4 persen?
Kata kuncinya kita harus punya data yang valid. Bahkan kita tahu siapa dan di mana maka menggerak desa ini penting sebab mereka pemerintahan yang terbawah. Di desa itu ada berapa di kelurahan ada berapa, namanya siapa saja kemudian kita fokus penanganan dengan menjadi orang tua asuh.
Jadi kalau boleh saya sebutkan kata kuncinya ada pada data ya?
By name by address, misalnya dari data yang ada 10 orang. Itu tinggal kita bagi siapa orang tua asuhnya mungkin kepala desa, mungkin camatnya, dan mungkin tokoh masyarakat.
Yang tidak terhandle di tingkat camat dan tingkat desa ditarik ke kabupaten. Yang tidak terhandle di kabupaten ditarik ke provinsi.
Kemudian provinsi memberikan penguatan lagi, penebalan-penebalan misalnya makan telur dan gizinya kita tingkatkan lagi.
Jadi kalau datanya valid kemudian intervensinya tepat insya Allah ini akan selesai.
Baca juga: Perlu Kolaborasi Pengusaha dan Akademisi Dukung Pemerintah Turunkan Stunting
Bisa diceritakan mapping yang difokuskan untuk wilayah Sumatera Selatan di mana saja?
Kami kemarin setelah dapat arahan Bapak Presiden bahwa di setiap daerah ini ada pengusaha. Mereka yang akan membantu menguatkan seperti Kadin juga berkomitmen untuk itu
Kemudian perusahaan-perusahaan yang ada didaerah-daerah tertentu ikut membantu. Nah yang banyak tidak tertangani di tingkat kabupatennya tentu diangkat ke provinsi.
Kita akan keroyok dengan yang lainnya sedangkan yang sedikit tentu ada bantuan energi jadi posisinya seperti itu.
Stunting ini kalau ibarat mata semacam seperti berada di kantong-kantong warga dengan kemiskinan ekstrem. Ini bagaimana mengkombinasikan dua hal supaya dua-duanya kena?
Saya juga sampikan kemarin ke pj-pj dan kepala daerah bahwa keduanya ini sangat beririsan. Bisa akibat dari kemiskinan ekstrem sehingga menimbulkan stunting tetapi bisa juga berbeda.
Bisa saja dari pola makan, pola hidup juga bisa membuat stunting atau keluarga yang tidak perhatian kepada anak-anaknya.
Namun antara kemiskinan ekstrem dan stunting memang sangat berikatan. Maka penanganannya pun harus bersama-sama.
By name by address juga di mana ada kemiskinan ekstrem, di mana ada stunting akan bersama-sama dengan pola asuh tadi. Seluruh kebijakan kabupaten kota mengacu pada data tersebut.
Baca juga: Ambil Bagian di Inisiatif BERES, Kredivo Dorong Pencegahan Stunting lewat Program GentingBerbagi
Bisa diceritakan pengalaman Pak Fatoni berkeliling menemukan persoalan stunting dan kemiskinan ekstrem yang seperti dua sisi mata uang?
Ini menarik stunting kemiskinan ekstrem saya kira kita semua mengalami tetaoi konteksnya berbeda-beda. Kebetulan saya ini lahir di desa yang sangat jauh.
Saya lahir di Provinsi Lampung perbatasan dengan wilayah Sumsel. Maka kami lebih banyak di Sumsel keluarga saya juga banyak di sini.
Nah di situ jauh dari Palembang dan jauh dari Bandar Lampung jaraknya masih sekitsr 7-8 jam. Di daerah kami juga banyak stunting dan kemiskinan ekstrem dan saya pun mengalaminya bagaimana rumah yang saat itu sebenarnya biasa saja.
Karena saya pernah mengalami bagaimana tinggal di ladang, di rumah panggung yang alakarnya karena mat pencaharian hanya bercocok tanam.
Kita mengalami langsung dan menyaksikan langsung bagaimana stunting dan kemiskinan ekstrem. Kalau kita mengalami maka kita bisa merasakan.
Salah satu jalan keluar bagaimana memperbanyak orang tua asuh. Bagaimana perannya pegawai di pemerintah provinsi dan pegawaij pemerintah kabupaten kota apakah mereka didorong ke sana?
Ini sudah jalan tapi yang akan kami maksimalkan lagi jadi mereka pegawai di provinsi dan kabupaten kota yang punya kelebihan mereka sudah mengangkat anak asuh.
Tetapi yang paling penting berikutnya perlu terkordinir. Sehingga ketahuan jangan sampi orang tua asuh yang anaknya banyak.
Ada lagi yang satu lagi terlewat tidak ada yang mengasuh. Maka ini yang perlu kita data. Peran pemerintah sebagai institusi ditambah lagi pemerintah sebagai individu melalui pejabat dan pegawainya ikut.
Masalah ini akan lebih cepat lagi selesai. Tentu tugas kami pertama mendorong agar pegawai di pemerintah provinsi dan pegawai di tingkat kabupaten kota ini bergerak mengajak swasta dan tokoh masyarakat.
Baca juga: Berkontribusi Entaskan Angka Stunting, Astra Internasional Raih Penghargaan Tribun Network
Sepengalaman Pak Fatoni kira-kira hambatan yang paling utama di dalam pengentasan stunting dan kemiskinan ekstrem ini apa?
Yang paling dimaksimalkan itu koordinasi dan keterpaduan sehingga penangnannya itu bisa serentak, simultan, tidak ada yang tertinggal.
Karena sekarang semuanya ingin bergerak dan berbuat tetapi ada yang tidak tahu harus bagaimana, tidak tahu harus menghubungi siapa, ada yang sudah jalan tetapi ada yang terlewatkan.
Apakah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memiliki target sampai 2023 atau awal 2024 untuk stunting dan kemiskinan ekstrem?
Kalau yang lalu penurunannya 6,2 persen kami berharap minimal sama. Jadi di bawa angka rata-rata nasional dari 18 persen menjadi 12 persen.
Seharusnya seperti itu, maka menjelang finis akhir tahun ini kita akan genjot lagi.
Tapi menurut Pak Fatani reasonable tidak kita ini tahun depan 2024 mencapai target penurunan stunting 14 persen secara nasional?
Ini kan berkaitan dengan data tadi, bisa saja dulu ada yang belum terdata kemudian menjadi terdata. Namun dari sisi upaya kami optimis mudah-mudahan bisa tercapai.
Situasi sekarang ini kan berkaitan kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Pak Fatoni tadi sempat menyinggung inflasi sedangkan ini juga menjadi tantangan angka kemiskinan ekstrem kita. Bisa dijelaskan?
Pertama kita harus sampaikan ke masyarakat bahwa inflasi ini serius. Terkadang ada pihak yang tidak percaya apa sih inflasi, lalu ada yang bertanya apa hubungannya dengan perang Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel.
Padahal kan itu akan mengganggu stok pangan, gandum, minyak ini yang membuat terjadinya inflasi. Secara riil dilapangan inflasi itu terjadi.
Setelah masyarakat tahu kita harus bersama-sama menanganinya. Jadi yang penting sekarang menangani inflasi harus sama seperti kita dulu menangani Covid-19.
Semua orang pada waktu itu bergerak menangani Covid-19 sekarang harusnya begitu. Contoh sederhana misalnya dengan harga tinggi stop boros pangan, jangan membuang-buang makanan.
Jangan makan berlebih. Kadang-kadang orang kita kan kalau makan banyak di kondangan apalagi kita makan bareng-bareng makanan penuh tetapi nggak kemakan.
Kemudian menanam di pekarangan, menanam di kebun itu bisa kita lakukan. Dari sisi pemerintah juga harus bisa mengontrol harga, mensuplai kekurangan kita berkerjasama mendatangkan pangan ke daerah lain.
Di situ fungsi pemerintah bersama masyarakat, swasta juga begitu. Yang paling penting kita bekerja bersama dan ini masalah nyata kemudian kita berperan di posisi masing-masing kemudian terkordinasi. (Tribun Network/Reynas Abdila)