TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, menghadiri Aksi Bela Palestina di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (5/11/2023).
Di hadapan jutaan massa aksi bela Palestina, Retno Marsudi membacakan sebuah puisi berjudul Palestina Saudaraku.
Retno Marsudi mengaku puisi tersebut dibuat dan ditulis oleh dirinya sendiri.
Puisi itu untuk mendukung perjuangan bangsa Palestina yang hingga kini mendapat gempuran dari Israel.
Mengenai hal ini, Juru Bicara Kemenlu RI, Lalu Muhammad Iqbal, mengungkapkan alasan Retno Marsudi memilih membaca puisi daripada orasi.
Baca juga: Menlu Retno Marsudi Sebut 4 Ruh Keketuaan Indonesia di ASEAN
Lalu mengatakan, semua yang harus dilakukan terkait upaya mendukung Palestina sudah dilakukan.
"Kenapa Bu Menlu memilih membaca puisi saat di Monas, itu menunjukkan bahwa semua yang harus dilakukan sudah dilakukan."
"Semua yang harus diucapkan, sudah habis diucapkan dalam sebulan terakhir. Jadi semua pada akhirnya stuck," kata Lalu, Minggu, dilansir YouTube Kompas TV.
Menurutnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hingga para pemimpin bangsa sudah menyuarakan dukungannya untuk Palestina.
Namun, kini belum banyak hal yang bisa dilakukan terkait konflik Palestina-Israel.
"PBB yang menjadi harapan kita semua, juga berkali-kali gagal untuk menunjukkan leadership-nya."
"Berbagai pemimpin-pemimpin bangsa yang ada di dunia, dan ini tidak lintas agama."
"Bangsa-bangsa yang muslim pun semua menyuarakan hal yang sama, menyampaikan keprihatinan yang sama mengenai situasi kemanusiaan," kata Lalu.
"Tapi kita lihat sekarang tidak banyak hal yang bisa dilakukan."
"Jadi pemilihan beliau (Menlu) untuk membaca puisi itu tadi menunjukkan betapa frustrating-nya situasi terhadap bangsa Palestina ini," papar dia.
Baca juga: Jusuf Kalla Sarankan Jokowi Lakukan Dialog demi Hentikan Serangan Israel ke Palestina
Meski begitu, Lalu menegaskan, bangsa Indonesia akan selalu bersama Palestina.
"Kita menegaskan komitmen seperti yang disampaikan oleh Bung Karno bahwa kemerdekaan kita itu tidak akan sempurna tanpa kemerdekaan Palestina."
"Kita akan selalu berdiri bersama bangsa Palestina baik pemerintah maupun Indonesia sebagai bangsa," imbuhnya.
Isi Puisi Retno Marsudi
Inilah puisi yang dibacakan Menlu Retno Marsudi dalam Aksi Bela Palestina di Monas:
Palestina saudaraku
Hatiku miris karena bocah itu menangis
Dia terluka, dia tidak bisa berkata, dia tidak tahu di mana bapak ibunya
Setiap 10 menit satu anak wafat di Gaza
Ribuan orang tua kehilangan anak
Tak terbilang berapa ribu anak kehilangan orangtuanya
Setiap tangan tertulis nama, mereka tidak ingin mati tanpa penanda
Rumah mereka hanya langit, kasur mereka hanya bumi
Kapan kekejaman ini akan berhenti
Kapan keadilan ini akan menghampiri
Aku dan indonesiaku pantang mundur akan terus membantumu
Aku dan Indonesiaku akan terus bersamamu sampai penjajah itu enyah dari rumahmu
Palestina, kau adalah saudaraku dan aku Indonesiaku akan selalu bersamamu
Baca juga: Dewan Syura Ajak Semua Kader PKB Berdoa dan Berderma untuk Palestina
Para Tokoh Hadiri Aksi Bela Palestina
Berdasarkan pantauan Tribunnews.com, pimpinan lembaga negara yang menghadiri Aksi Bela Palestina di Monas di antaranya Ketua DPR RI Puan Maharani, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, dan Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid, serta anggota DPD RI Sylviana Murni.
Hadir juga Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Ada juga sejumlah elemen masyarakat lintas agama dan organisasi masyarakat yang hadir.
Aksi tersebut berlangsung sejak pukul 06.00 hingga 10.00 WIB.
"Acara dimulai sejak sembilan pagi sampai selesai. Aliansi rakyat Indonesia lintas agama, lintas agama, lintas ormas diundang ikut aksi bela Palestina," kata Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/11/2023).
Baca juga: Suara Kemarahan Sejumlah Tokoh di Aksi Bela Palestina
Ia mengatakan, aksi tersebut merupakan upaya untuk melawan penjajahan Israel.
"Dan Israel memang melakukan genosida dan kejahatan perang yang jumlah korbannya lebih dari 8000."
"Sehingga harus ada langkah penting. Tekanan publik ya."
"Insya Allah ini jadi kekuatan penekan penting," jelasnya.
(Tribunnews.com/Nuryanti/Chaerul Umam)