TRIBUNNEWS.COM - Kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pengunjung menjadi prioritas utama Pemerintah Kota Semarang dalam pengembangan destinasi wisata. Hal itu pula yang mendasari belum dibukanya objek wisata Jembatan Kaca Hutan Tinjomoyo Semarang, meski bangunannya sudah jadi.
“Memang waktu yang lalu jembatan itu sudah jadi tapi saya menyampaikan, sudah (lolos K3) belum? Kan saya cek, itu sebelum terjadi kasus-kasus kayak gini (kecelakaan jembatan kaca di Banyumas),” ungkap wali kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Rabu (8/11).
Baca juga: Masuk Ranah Pidana, Mbak Ita Ingatkan Masyarakat Untuk Tidak Membakar Ilalang atau Sampah
“Saya ingatkan pertama fasilitas (keamanan dan keselamatan) itu kan harus ada. Karena kalau cuma tiket, ya kita nggak mau terjadi apa-apa tapi kalau terjadi, bagaimana P3K-nya, pertolongan pertamanya? Tim-nya ada tidak. Bagaimana penanganannya,” lanjut Mbak Ita, sapaan akrab perempuan tersebut.
Mbak Ita juga telah meminta para ahli K3 untuk melakukan survei dan penilaian terkait kelayakan dan keamanan Jembatan Kaca Tinjomoyo. Dirinya juga menekankan, sebelum dibuka untuk umum, manajemen objek wisata tersebut harus sudah jelas. Mulai dari fasilitas penunjang seperti toilet, alur kunjungan, hingga peraturan teknis bagi para pengunjung.
“Kemarin saya minta survei atau pemeriksaan oleh tim. Bagaimana keamanan kacanya, keselamatan dari pengunjung, ternyata masih banyak kekurangan. Katanya toilet nanti bersama dengan warga, tapi kan harus dipastikan. Waktu di kaca itu apakah boleh pakai sepatu? Atau hanya kaos kaki? Tapi tempat simpan sepatunya di mana? Itulah banyak hal yang harus dibenahi,” kata Mbak Ita.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang selaku leading sektor berencana mengoperasikan Jembatan Kaca Tinjomoyo setelah penyelesaian kegiatan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2023 maupun APBD 2024. Disbudpar juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang mengembangkan jembatan kaca tersebut.
“Apalagi sudah ada kejadian (kecelakaan jembatan kaca di Banyumas) ini kita harus review lagi. Karena di sana juga tanahnya bergerak. Ini yang harus dipastikan keselamatan para pengunjung, pekerja, dan masyarakatnya,” tutup Mbak Ita.
Baca juga: Jaga Ketahanan Pangan Indonesia, Mbak Ita Libatkan Masjid-Masjid di Jateng Lakukan Urban Farming