TRIBUNNEWS.COM - Masyarakat Indonesia tengah mengalami cuaca panas, meski sebagian sudah memasuki musim hujan.
Tak hanya di Indonesia, cuaca panas juga dialami oleh negara-negara di seluruh belahan dunia.
Salah satunya adalah Amerika Serikat.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan gelombang panas (heatwave) melanda Amerika Serikat hingga 53 derajat Celcius pada Juli 2023 lalu.
Ia juga menyebut tahun 2023 menjadi tahun penuh rekor temperatur.
"Tahun ini adalah tahun penuh rekor temperatur. Kondisi ini tidak pernah terjadi sebelumnya, di mana heatwave terjadi di banyak tempat secara bersamaan."
"Juli 2023 lalu, heatwave yang melanda Amerika Barat bahkan mencapai 53 derajat celcius," ujarnya, dikutip dari laman BMKG pada Sabtu (18/11/2023).
Baca juga: Rekor Suhu Panas Tahun 2023 Isyaratkan Darurat Iklim
Terkini, Reuters melaporkan sebagian besar wilayah Amerika Serikat bagian barat akan dilanda gelombang panas pada minggu ini, dengan suhu di beberapa bagian California melonjak di atas 110 Fahrenheit (43 Celsius) pada Rabu (22/11/2023) mendatang.
Juni hingga Agustus merupakan tiga bulan terpanas sepanjang sejarah dan bulan Juli 2023 menjadi bulan paling panas.
Realitas evolusi iklim tersebut menjadikan tahun 2023 berpeluang menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim, mengalahkan tahun 2016.
Dwikorta menegaskan, pemerintah dan masyarakat harus bergotong-royong dalam melakukan aksi mitigasi.
Apalagi, suhu udara permukaan di Indonesia diproyeksikan akan terus naik di masa yang akan datang.
Langkah mitigasi yang dapat dilakukan adalah dimulai dari:
- Penghematan listrik;
- Penghematan air;
- Pengelolaan sampah;
- Pengurangan energi fosil dan menggantinya dengan kendaraan listrik;
- Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai;
- Menanam pohon;
- Restorasi Mangrove, dan lain sebagainya.
(Tribunnews.com, Widya)