"Tapi, kalaupun terjadi, kita sudah punya pengalaman untuk menangani," imbuhnya.
Suharyanto menegaskan, yang terpenting adalah satuan tugas (satgas) darat harus bergerak lebih cepat ketika kebakaran terjadi.
Sehingga, tidak hanya mengandalkan operasi udara untuk memadamkan api.
"Intinya, kita harus lebih cepat duluan dan tidak mengandalkan operasi udara, tapi satgas darat itu harus cepat, jadi api sebelum besar sudah dipadamkan duluan," ungkap Suharyanto.
"Dan teknologi modifikasi cuaca juga sangat membantu," pungkasnya.
Antisipasi Kekeringan dan Kekurangan Air
Suharyanto juga menjelaskan cara mengantisipasi jika nantinya ada kekeringan hingga kekurangan air di berbagai daerah.
Menurut Suharyanto, dalam menangani kekurangan air, pemerintah daerah juga harus turut beperan aktif agar tidak terjadi kekeringan bekepanjangan.
"Di samping ada kebakaran hutan dan lahan, juga ada kesulitan air. Nah, kesulitan air ini kan harus dilakukan sebelumnya, ini pemerintah daerah harus proaktif," jelasnya.
Dalam hal ini, dijelaskan Suharyanto, BNPB membantu pendampingan hingga anggaran.
"Contoh misalnya di Gunung Kidul, itu setiap tahun namanya Gunung Kidul selalu kesulitan air, kalau kita terjebak situasi itu kan tidak maju-maju, makannya kan sekarang teknologi semakin tinggi ya, dibuatlah sumur yang dalam."
"Kalaupun tidak bisa dibuat sumur yang dalam, dialirkan dari mata air yang jauh, dibuat bak-bak penampungan. Kalau tidak bisa juga, dibuat tanki-tanki air, ya itu tugasnya BNPB dengan pemerintah daerah membantu itu."
"Sehingga, pada saat terjadi El Nino, kekeringan air, masyarakat ada solusinya," jelas Suharyanto.
(Tribunnews.com/Rifqah)