Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan melakukan survei spesies kucing macan tutul di seluruh Pulau Jawa.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko mengatakan, pengelolaan satwa liar perlu diawali melalui inventarisasi data-data yang valid.
Baca juga: VIRAL Beredar Video Penampakan Macan Tutul di Kawasan Hutan Kampung Warudoyong Kuningan
"Walaupun mungkin tidak lengkap. Akan tetapi, data yang valid tentang misalnya berapa ribu (ekor) yang masih kita miliki, di mana itu berada, lalu tantangannya apa masing-masing landscape, itu sangat penting utk menyusun program konservasi, karena ini merupakan data dasar," kata Satyawan, dalam acara Kick Off Javan Wide Leopard Survey (JWLS), di gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, pada Selasa (27/2/2024).
Satyawan menyebut, berdasarkan estimasinya saat ini masih ada sekitar 300-400 ekor macan tutul di Pulau Jawa. Spesies ini tergolong top predator dalam rantai makanan.
Terkait hal ini, ia kemudian menyoroti kepunahan top predator banyak membawa konsekuensi. Satu di antaranya, potensi terjadinya konflik antara manusia dengan hewan yang menyebar keluar habitatnya dikarenakan kelebihan populasi.
Baca juga: Macan Tutul Jawa Terperangkap Jebakan Babi di Sukabumi, Kini Direhabilitasi
"Ketika populasi naik, harus ada predator yang mengurangi populasi tersebut. Kalau tidak, ya tentu dia akan menyebar ke tempat lain," jelasnya.
Sehingga, Satyawan mengatakan, nantinya data hasil survei ini akan menjadi pembaharuan dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Macan Tutul Jawa. Hal ini dilakukan guna menyelamatkan populasi spesies kucing besar ini dari kepunahan.
"Kita itu lemah data, itu memang betul. Jadi saya kira nanti menjadi salah satu data yang bisa diberdayakan, baik di nasional ataupun internasional," ucapnya
Sebagai infromasi, survei ini akan dilaksanakan selama kurang lebih dua tahun dan untuk pendanaannya didukung oleh KLHK dan mitra sektor swasta nasional.
Secara teknis, Satyawan menjelaskan, survei populasi macan tutul ini akan dilakukan dengan menggunakan sebanyak 600 unit kamera pengintai yang akan dipasang oleh delapan tim gabungan survei lapang secara bergantian pada kurang lebih 1.160 stasiun pengamatan di 21 bentang alam yang meliputi 10 taman nasional, 24 suaka alam, dan 55 kawasan hutan lainnya.
Selain survei kamera pengintai, Satyawan menjelaskan, pihaknya akan mengumpulkan sampel kotoran macan tutul jawa.
"Untuk mengetahui struktur populasi macan tutul jawa dan preferensi satwa mangsanya," kata Satyawan.