TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Mahasiswi Universitas Jambi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) atau smuggling magang Ferienjob ke Jerman.
RM (22), satu di antara 1.047 mahasiswa dari 33 perguruan tinggi di Indonesia yang menjadi korban TPPO curhat penderitaanya selama di negeri orang.
Di Jerman, RM menangis sendirian. Dia harus bekerja berat seperti kuli bangunan dalam kondisi cuaca dingin.
"Aku sampai nangis karena dingin banget dan super-capek. Malam itu aku habis kerja 11 jam nyortir buah, full berdiri, dan aku lagi datang bulan," kata RM, Selasa (26/3).
"Saya dan teman-teman disuruh ngupas cat, benerin dinding dan lantai apartemen dia. Simpelnya, kami dijadiin kuli bangunan," sambungnya.
Awal Mula Ikuti Ferienjob ke Jerman hingga Sadar Jadi Korban TPPO
RM, mahasiswi jurusan ilmu pemerintahan itu bercerita, awalnya mengikuti Ferienjob ke Jerman setelah ada tawaran agen penyalur tenaga kerja Brisk United yang datang ke kampusnya.
Agen itu menawarkan program magang yang disebut bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Maka dari itu RM tertarik untuk ikut Ferienjob di Jerman.
Namun, apa yang dibayangkan tak sesuai realita yang terjadi di Jerman.
Ferienjob bukanlah program magang, tetapi lebih tepat dikatakan sebagai program kerja paruh waktu (part-time) dalam masa libur.
Mahasiswi berusia 22 tahun itu mengaku sempat menangis karena pekerjaan yang dilakukannya seperti kuli bangunan.
Terlebih cuaca disana sangat berbeda dengan Indonesia. Dia harus bekerja dalam cuaca yang sangat dingin.
Jalan kaki 1,5 jam, 3 Bulan di Jerman Kantongi Gaji Rp 1,8 Juta
Penderitaan berawal pada 11 Oktober 2023.
RM menuturkan saat awal tiba, bersama puluhan mahasiwa dari beberapa universitas asal Indonesia, ditampung di Frankfurt.