News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gudang Peluru Armed di Bekasi Kebakaran

4 Gudang Amunisi TNI-Polri Meledak Dalam 10 Tahun Terakhir, Pengamat Sebut Pentingnya Tinjau Ulang

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto tangkapan layar dari video yang beredar di media sosial. Gudang amunisi Kodam Jaya meledak pada Sabtu (30/3/2024).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gudang Amunisi daerah (Gudmurah) Kodam Jaya Jalan Ciangsana, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat meledak, Sabtu (30/3/2024) petang.

Ledakan tersebut menimbulkan kobaran api yang membumbung tinggi.

Meski demikian, TNI memastikan tidak ada korban jiwa baik dari pihaknya maupun masyarakat sipil dalam insiden tersebut.

Api baru bisa dipadamkan pada Minggu (31/3/2024) pukul 03.45 dini hari.

Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas mencatat, hingga saat ini terdapat total empat gudang munisi dan penyimpanan bahan peledak milik TNI-Polri meledak dalam 10 tahun terakhir.

Baca juga: Panglima TNI Ungkap Ada 65 Ton Munisi Kaliber Besar dan Kecil yang Meledak di Gudang Kodam Jaya

Anton mencatat pada 5 Maret 2014, gudang amunisi milik Kopaska yang terletak di Markas Komando Pasukan Katak di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, meledak.

Insiden tersebut, kata dia, melukai 87 orang dan satu orang meninggal dunia.

Kedua, gudang berisi bahan peledak milik Brimbob Polda Jateng, Semarang yang meledak pada 14 September 2019 lalu.

Baca juga: Tim Investigasi TNI Sisir Permukiman Warga Usut Ledakan di Gudang Amunisi Kodam Jaya, Ini Temuannya

Insiden tersebut melukai satu orang.

Ketiga, gudang milik Detasemen Gegana, Satuan Brimob Polda Jatim, Surabaya, Jawa Timur, meledak pada 4 Maret 2024 lalu.

Ledakan yang disebutkan berasal dari mortir yang akan didisposal melukai 10 anggota.

Menurut Anton, mengingat insiden tersebut kerap berulang, maka penting untuk dilakukan evaluasi secara menyeluruh terkait standar penanganan munisi terutama yang telah kedaluwarsa dan akan dimusnahkan.

Ia mengatakan baik TNI maupun Polri memang telah ada aturan baku perihal penanganan munisi dan bahan peledak.

Akan tetapi, lanjut dia, mengingat beberapa insiden terakhir melibatkan bahan peledak kedaluwarsa maka sudah sepatutnya ada peninjauan aturan yang komprehensif.

"Selain itu, belajar dari ledakan Gudmurah, ada baiknya ke depan, Panglima TNI bersama para Kepala Staf untuk meninjau ulang semua lokasi penyimpanan munisi dan bahan peledak," kata Anton ketika dikonfirmasi pada Minggu (31/3/2024).

"Sebaiknya gudang penyimpanan munisi terletak jauh dari permukiman masyarakat guna menghindari adanya dampak yang lebih serius dari insiden serupa," sambung dia.

Selain itu, ia mendorong Panglima TNI menurunkan tim investigasi dalam insiden ledakan di Gudmurah Kodam Jaya.

Penyelidikan, kata dia, hendaknya tidak hanya berhenti pada mekanisme penjagaan di lapangan saja melainkan juga hingga setingkat Pangdam.

"Sekalipun tidak menimbulkan korban jiwa, pertanggungjawaban pimpinan dalam satuan tetap dibutuhkan. Hal ini dikarenakan terkait dengan penyediaan rasa aman di masyarakat," kata dia.

65 Ton Munisi dan Bahan Peledak Kedaluwarsa

Sebanyak 65 ton munisi di antaranya munisi kaliber kecil (MKK) dan munisi kaliber besar (MKB) dan bahan peledak kedaluwarsa milik Kodam Jaya TNI AD habis terbakar dalam ledakan di saat-saat berbuka puasa kemarin.

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto saat konferensi pers di lokasi, Minggu (31/3/2024), mengatakan sebanyak 65 ton munisi dan bahan peledak kedaluwarsa tersebut sebenarnya tengah menunggu tahapan administratif untuk dimusnahkan di lahan TNI di Pamengpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Akan tetapi, munisi-munisi dan bahan peledak tak terpakai dari satuan-satuan di bawah naungan Kodam Jaya yang tersimpan di gudang nomor 6 tersebut lebih dulu meledak.

Munisi-munisi dan bahan peledak tersebut padahal disimpan dalam ruang bawah tanah gudang sesuai dengan standard operational procedure (SOP) dari gudang munisi.

Gudang tersebut, kata Agus, sengaja dibuat tertutup rapat di bawah tanah, memiliki tanggul, dan tanpa kelistrikan untuk menghindari potensi ledakan.

Agus menduga kuat ledakan tersebut bukan disebabkan faktor kecerobohan manusia atau human error.

Dugaan sementara, ledakan tersebut disebabkan karena gesekan.

Agus mengatakan munisi kedaluwarsa yang berusia 10 tahun lebih itu akan semakin sensitif dan labil sehingga mudah terbakar.

Akan tetapi, Agus mengatakan saat ini tim investigasi Polisi Militer TNI AD tengah melakukan penyelidikan lebih jauh untuk memastikan penyebab dari insiden tersebut.

Akibat ledakan tersebut semalam beredar video di media sosial yang merekam sebuah granat di area perumahan warga sekitar lokasi.

Granat yang terekam kamera berada di depan sebuah rumah warga itu diduga berasal dari ledakan tersebut.

Tim penjinak bahan peledak TNI juga telah melakukan penyisiran terhadap munisi atau bahan peledak yang terpental ke arah rumah warga dalam radius 2 Km.

Pihak TNI juga mengimbau warga yang menemukan proyektil munisi maupun bahan peledak di sekitar rumahnya untuk segera melaporkan dan tidak menyimpannya.

"Tentunya dengan kejadian ini kita akan mengevaluasi. Kita akan lebih (cepat), apabila amunisi sudah terkumpul, sistem pemeriksaan akan kita percepat akan segera kita disposal," kata Agus.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini