TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Musibah meledaknya gudang nomor 6 di Gudang Amunisi Daerah (gudmurah) di Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat meldak pada Sabtu (30/3/2024) malam, menyebabkan puluhan rumah rusak.
Namun dampak dari peristiwa ini, berbeda jauh dengan terjadi pada tahun 1984.
Ketika itu, tanggal 3 November 1984, Gudang Amunisi milik Marinir di Cilandak, Jakarta, tiba-tiba meledak dan terbakar.
Peluru nyasar berterbangan ke beberapa tempat hingga banyak jatuh korban.
Warga di sekitar lokasi kejadian terpaksa mengungsi.
Dikutip dari akun X Historia.ID, kompleks itu memiliki enam gudang yang menyimpan segala kebutuhan militer, seperti peluru tembak, bom, ranjau, granat, ranjau untuk tank, mortir, dan roket.
Sumber ledakan diduga berasal dari peluru mortir 80 milimeter buatan Yugoslavia karena jenis peluru ini memakai mesiu cair.
Dari pemberitaan, Kompas menyebut roket sebesar batang kelapa bukan hanya meledak di gudang, melainkan juga meluncur hingga berkilometer jauhnya ke berbagai arah.
Kompas, 31 Oktober 1984, memberitakan ribuan warga yang rumahnya berada di sekitar tempat kejadian menyelamatkan diri dengan berjalan kaki ke wilayah yang lebih aman.
Jalan raya sepanjang belasan kilometer dari daerah Pasar Minggu, Tanjung Barat, Lenteng Agung, Pondok Cina hingga Depok dipenuhi ribuan pengungsi, bahkan ada yang berjalan kaki hingga Bogor.
Warga mengungsi untuk menghindari peluru-peluru nyasar akibat kebakaran.
Dalam musibah ledakan gudang tersebut ada 15 orang meninggal, 26 luka-luka, 1.500 rumah rusak, dan 1.000 kepala keluarga mengungsi.
Sementara itu, kebakaran meludeskan 2.000 ton amunisi dan kerugian diperkirakan mencapai Rp1,3 miliar.
Akibat ledakan tersebut, butuh waktu sekitar satu bulan untuk dipastikan bahwa lokasi benar-benar kembali aman.