News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sempat Tak Diterima, Crazy Rich Surabaya Budi Said Kembali Ajukan Praperadilan Kasus Emas

Penulis: Ashri Fadilla
Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok Budi Said, crazy rich Surabaya yang ditetapkan tersangka kasus korupsi penyalahgunaan kewenangan penjualan emas PT Antam, Kamis (18/1/2024).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ashri Fadilla

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Crazy Rich Surabaya, Budi Said kembali mengajukan praperadilan terkait kasus dugaan korupsi penyalahgunaan wewenang dalam Penjualan Emas oleh Butik Emas Logam Mulia Surabaya 01 Antam (BELM Surabaya 01 Antam) tahun 2018.

Pengajuan praperadilan Budi Said ini merupakan kedua kalinya, sebab sebelumnya Hakim Tunggal Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tak menerimanya.

Adapun praperadilan yang kedua ini diajukan Budi Said pada Rabu (24/4/2024) lalu.

"Tanggal Pendaftaran: Rabu, 24 April 2024. Nomor Perkara: 52/Pid.Pra/2024/PN JKT.SEL," sebagaimana dikutip dari laman Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (30/4/2024).

Baca juga: Saat Hakim Curhat di Persidangan Korupsi Jalan Tol MBZ: Mobil Saya Susah Nyalip

Pihak termohon dalam praperadilan ialah Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung yang saat ini dipimpin Febrie Adriansyah.

Tak dijelaskan lebih rinci terkait substansi praperadilan yang diajukan.

Pada bagian klasifikasi perkara, hanya tertera soal keabsahan penetapan Budi Said sebagai tersangka.

"Klasifikasi Perkara: Sah atau tidaknya penetapan tersangka," katanya.

Begitu teregister pada Rabu (24/4/2024) lalu, Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan langsung menunjuk Hakim Tunggal dan Panitera Pengganti yang akan menangani praperadilan ini.

Namun nama-namanya belum dipublikasi di laman SIPP PN Jakarta Selatan.

Persidangan perdana praperadilan ini akan digelar pada Kamis (2/5/2024) mendatang.

"Kamis, 02 Mei 2024. 10:00:00 sampai dengan Selesai.SIDANG PERTAMA. Ruang Sidang 01."

Baca juga: Korupsi Jual Beli Emas Antam Belum Selesai, Crazy Rich Surabaya Budi Said Diusut Pajak Properti

Sebelumnnya, perkara Crazy Rich Surabaya ini diketahui sempat dimohonkan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terkait penetapan tersangka dan penyitaan barang bukti.

Namun hakim tunggal yang bertugas saat itu memutuskan tak menerima praperadilan tersebut.

"Mengadili menyatakan permohonan praperadilan pemohon tidak dapat diterima," kata Hakim Lusiana Amping saat bacakan putusan, Senin (18/3/2024).

Dalam perkara ini, Budi Said telah ditetapkan tersangka bersama General Manager PT Antam, Abdul Hadi Aviciena (AHA).

Dari hasil penyidikan, terungkap bahwa AHA memanfaakan jabatannya sebagai General Manager Antam untuk berkongkalikong dengan Budi Said terkait pembelian emas 1,136 ton.

Pembelian itu dilakukan di luar mekanisme legal yang telah diatur, sehingga dibuat seolah-olah ada diskon yang diberikan Antam.

"Dimaksudkan untuk mendapatkan kemudahan, memutus pola, kontrol dari Antam terhadap keluar-masuknya daripada logam mulia dan termasuk di dalamnya untuk mendapatkan seolah-olah harga diskon yang diberikan oleh Antam," kata Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Dirdik Jampidsus) Kejaksaan Agung, Kuntadi, Jumat (2/2/2024).

Hakim tunggal Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan Lusiana Amping tidak menerima gugatan praperadilan yang dilayangkan Budi Said. (Ist)

Kemudian untuk menutupi stok emas yang tercatat resmi di Antam, AHA diduga berperan membuat laporan fiktif.

Perbuatan mereka dalam perkara ini dianggap merugikan negara hingga Rp 1,2 triliun.

"Telah melakukan permufakatan jahat merekayasa transaksi jual-beli emas, menetapkan harga jual di bawah yang ditetapkan PT Antam seolah-olah ada diskon dari PT Antam. Akibatnya PT Antam merugi 1,136 ton logam mulia atau setara 1,2 triliun," ujar Kuntadi.

Baca juga: Respons Pimpinan KPK soal Mobil Buat Anak SYL dari Pejabat Kementan dan THR DPR

Karena perbuatan itu, mereka dijerat Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3 juncto Pasal 18 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jucto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini