TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Majelis Tinggi Partai (MTP) Demokrat, Andi Mallarangeng menilai tidak perlunya seluruh partai untuk berbondong-bondong masuk dalam koalisi Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Awalnya, Andi mengungkapkan bahwa partai yang masuk dalam koalisi Prabowo-Gibran masih belum memenuhi target untuk mendukung pemerintah.
Dia menjelaskan, untuk saat ini, partai yang masuk dalam koalisi Prabowo-Gibran sekaligus berada di parlemen ada empat partai yaitu Gerindra, Demokrat, PAN, dan Golkar.
Namun, Andi mengungkapkan bahwa memang koalisi pendukung Prabowo-Gibran dianggapnya masih kurang, tapi dia menginginkan agar tidak seluruh partai untuk masuk ke pemerintahan.
Menurutnya, hal tersebut justru membuat tidak adanya keseimbangan dalam sistem pemerintahan, dalam hal ini terkait oposisi pemerintah.
"Cuma kita harus mengerti bahwa ada kebutuhan Pak Prabowo untuk mendapatkan dukungan mayoritas dari parlemen. Sekarang koalisi kami berempat itu masih 48 persen."
"Jadi perlu untuk tambahan dukungan lagi, mungkin satu atau dua partai tetapi jangan semua (partai masuk koalisi Prabowo-Gibran). Nanti tidak ada oposisi," katanya dalam program Satu Meja The Forum yang ditayangkan di YouTube Kompas TV dikutip pada Kamis (2/5/2024).
Kendati demikian, jika memang ada partai di luar koalisi Prabowo-Gibran saat ini ingin masuk, Andi menginginkan agar partai tersebut konsisten untuk selalu mendukung pemerintahan.
Lantas, Andi pun menyentil ada partai koalisi di pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin yang justru kini dinilai menjadi oposisi.
Baca juga: Koalisi Prabowo-Gibran Makin Gemuk, Pengamat: 55 Persen Kursi Menteri Diisi Orang Partai
Dia pun tidak ingin hal semacam itu terjadi di pemerintahan Prabowo-Gibran mendatang.
"Misalnya dari (partai) pendukung 01 dan 03 bergabung masuk dalam koalisi pemerintahan Pak Prabowo, maka harus konsisten (mendukung).
"Jangan seperti sekarang ini kan ada di dalam pemerintahan tetapi rasa oposisi. Kalau dalam pemerintahan harus bersama-sama kita dalam konteks koalisi pemerintahan," ujar Andi.
Namun, secara keseluruhan, Andi menegaskan terkait partai yang akan bergabung ke pemerintahan diserahkan kepada Prabowo selaku Presiden terpilih.
AHY Sempat Sebut Koalisi Prabowo-Gibran Jangan Cuma Besar tapi Keropos
Sebelumnya, narasi seperti yang disampaikan oleh Andi sempat disampaikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
AHY menginginkan agar koalisi Prabowo-Gibran tidak hanya besar tetapi keropos.
Dia ingin koalisi Prabowo-Gibran kuat dan solid dalam memimpin Indonesia lima tahun kedepan.
"Kita sekali lagi ingin mempersiapkan pemerintah yang andal lima tahun ke depan, tapi koalisi yang juga kuat."
"Kuat itu bukan berarti selalu paling besar, besar itu satu indikasi, tetapi kuat ity solid. Artinya jangan sampai terkesan besar tapi keropos," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (24/4/2024) dikutip dari Kompas.com.
AHY menilai apa yang diinginkannya tersebut turut diamini oleh Prabowo yaitu agar koalisi bersifat solid dan tidak mudah rontok di tengah jalan.
Baca juga: Prediksi Langkah Prabowo usai Dilantik Jadi Presiden, Tinggalkan Jokowi atau Dekati PDIP?
Terkait ada partai lain bergabung ke koalisi Prabowo-Gibran, AHY menilai hal tersebut masih sangat dimungkinkan lantaran pelantikan presiden dan wakil presiden baru berlangsung Oktober 2024 mendatang.
"Jadi yang saya duga semua masih dalam politik serba mungkin, tapi tentu kita bisa semakin melihat indikasi-indikasinya."
"Oleh karena itu, menarik minggu ke depan ini, bulan-bulan ke depan ini. Waktunya masih cukup sebetulnya untuk saling bermanuver dalam arti yang positif," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Kompas.com)
Artikel lain terkait Kabinet Prabowo Gibran