Nadiem juga menegaskan, dengan hadirnya sastra dalam pembelajaran di kelas, maka dorongan terhadap guru untuk memanfaatkan karya sastra sebagai fasilitas belajar pun digalakkan.
“Masuknya sastra dalam kurikulum menjadi bentuk keseriusan kami dalam menguatkan literasi dan minat baca peserta didik,” kata Nadiem.
Literasi merupakan keterampilan dasar yang sangat penting bagi perkembangan akademis dan profesional siswa.
Programme for International Student Assessment (PISA) menjadi alat ukur global yang mengevaluasi kemampuan membaca, matematika, dan sains siswa berusia 15 tahun. Penilaiannya dilakukan setiap tiga tahun terakhir.
Skor literasi membaca PISA 2022 menunjukkan Indonesia masih tertahan di peringkat 10 terbawah dengan menempati peringkat 70 dari 80 negara dengan skor literasi membaca 359.
Indonesia tertinggal dengan negara Asia Tenggara lain yakni Thailand di posisi 63 dengan skor 379 dan Malaysia di posisi 60 dengan skor 388, serta Brunei Darussalam di posisi 44 dengan skor 429.
Bahkan skor pada tahun 2022 itu menjadi terendah sejak Indonesia berpartisipasi dalam tes tersebut di tahun 2000. Masuknya Sastra dalam kurikulum diharapkan mampu menggenjot literasi membaca tersebut.