Pasalnya, selain harus fokus dengan studi ia juga harus menangani “Maria Teresa Scrilli Guest House” di Roma, Italia.
Guest House ini merupakan langganan bagi umat Katolik Indonesia jika berkunjung ke Vatikan termasuk Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) yang sudah beberapa kali menginap di sana.
“Ada saat-saat tertentu dimana saya juga ingin menyerah karena tugas dan tanggung jawab yang begitu berat tapi semua akhirnya saya lalui. Perjuangan yang tidak mudah tapi Tangan Tuhan dan uluran Tuhan selalu menopang saya untuk berjalan maju dan menyelesaikan proses research dan akhirnya semua tuntas dengan nilai yang sangat memuaskan... Summa Cumlaude,” papar Sr Matrona, yang senantiasa tersenyum.
Suster yang menyukai masakan rendang ini menambahkan bahwa untuk sementara waktu ia belum tahu langkahnya selepas wisuda S2.
Kongregasilah yang akan menentukan apakah dirinya lanjut studi S3 atau mendapatkan tempat baru untuk berkarya.
“Tapi secara pribadi, saya lebih memilih untuk mulai bermisi agar apa yang sudah saya peroleh dari universitas misionaris boleh saya terapkan dalam misi, dalam hal ini menjadi Formator/ pendiddik bagi mereka yang mau melayani Tuhan lewat sesama,” tutupnya.
PENDIRI KONGREGASI
Maria Scrilli adalah pendiri Kongregasi Para Suster Bunda Maria Karmel.
Dikutip dari Vatican.va/news, Ia dilahirkan dalam keluarga berpengaruh pada 15 Mei 1825 di Montevarchi, Arezzo, Italia. D
ia adalah putri kedua dari orang tua yang mendambakan seorang putra dan ahli waris.
Kekecewaan ibunya dan kurangnya kasih sayang sangat mempengaruhi dirinya.
Di masa remaja, penyakit serius membuat Maria harus terbaring di tempat tidur selama hampir dua tahun.
Dia pulih secara ajaib setelah memohon perantaraan Martir suci, Fiorenzo.
Selama masa pemulihannya yang panjang, dia menyadari bahwa Tuhan memanggilnya untuk hidup bakti.
Oleh karena itu dia memutuskan untuk masuk ke Biara Karmelit St Mary Magdalene de' Pazzi di Florence, meskipun ditentang orang tuanya.