Dia kembali ke rumah setelah dua bulan, namun ia tetap merasa bahwa Tuhan memanggilnya untuk melakukan sesuatu yang lebih.
Sembari berusaha memahami rencana Tuhan, Maria membuka sekolah kecil di rumahnya.
Di sini dia mendidik gadis-gadis muda dengan memberikan pendidikan moral, sipil dan agama, menanamkan dalam diri mereka rasa takut yang suci akan Tuhan dan cinta akan kebajikan.
Beberapa remaja putri lainnya yang sama bersemangatnya bergabung dengannya.
Baca juga: Dua Makna Penting Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia Diungkap Dubes RI untuk Vatikan
Semangat pengorbanan mereka yang luar biasa menarik kekaguman dari Kepala Hakim dan Pengawas Sekolah, yang menugaskan mereka untuk memimpin Scuole Normali Leopoldine.
Lambat laun, Maria mulai memahami bahwa ia harus mendirikan sebuah lembaga keagamaan yang dikhususkan untuk pendidikan anak-anak sejak usia dini hingga remaja.
Pada 15 Oktober 1854, setelah mendapat persetujuan dari Uskupnya dan Adipati Leopold II dari Habsburg, Adipati Agung Tuscany, ia dan ketiga temannya mengenakan pakaian Karmelit, dan Maria mendirikan Institut yang sekarang dikenal sebagai Suster Bunda Maria dari Karmel.
Untuk namanya dalam agama, dia memilih "Maria Teresa dari Yesus".
Para suster begitu penuh kasih kepada Allah dan semangat kerasulan sehingga jumlah murid dan calon mereka meningkat pesat.
Pada musim semi 1856, atas permintaan Kotamadya Foiano, Bunda Maria Teresa mengirimkan beberapa suster ke sana untuk mengelola sekolah perempuan; pekerjaan mereka sangat dihargai.
Sayangnya, para pemimpin politik Montevarchi, yang tidak menyukai kehadiran kaum Karmelit, menyita sekolah mereka pada 1859 melalui undang-undang penindasan parsial dan mewajibkan mereka untuk tidak mengenakan pakaian keagamaan.
Namun para suster tidak mau kalah, dan sang Pendiri membuka sebuah rumah dan sekolah swasta di Montevarchi. Karena kurangnya ruang di tempat baru dan untuk menghindari kesulitan lebih lanjut, beberapa Suster dan Bunda Maria Teresa tinggal di rumah keluarganya.
Pada 1862, setiap warga negara dicabut haknya untuk mencari nafkah - apalagi menjalankan sekolah swasta - dan para Religius harus menutup sekolahnya dan kembali ke keluarga masing-masing.
MATI TAPI HIDUP
Bunda Maria Teresa pindah ke Florence pada 1878. Dengan restu Uskup Agung dia akhirnya dapat membangun kembali komunitasnya. Dia membuka sekolah berasrama untuk gadis-gadis miskin yang memperkaya masyarakat Florentine dengan banyak remaja putri yang memiliki prinsip-prinsip yang baik.