TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi mengatakan kunjungan Imam Besar Al Azhar Mesir, Ahmed Al Tayeb ke Indonesia, pelaksanaan International on Cross-Cultural Religious Literacy atau Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) dan kedatangan Paus Fransiskus pada September mendatang merupakan satu rangkaian untuk mengirim pesan kuat pentingnya toleransi, perdamaian dan saling menghargai.
“Jadi ini sebuah satu rangkaian yang mengirim pesan sangat kuat mengenai pentingnya perdamaian, toleransi, saling menghargai,” kata Retno dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (9/7/2024).
Adapun kedatangan Imam Besar Al Azhar diterima oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka pada hari ini.
Kemudian pada tanggal 10 dan 11 Juli akan digelar konferensi internasional LKLB di Jakarta.
Konferensi ini melibatkan 50 narasumber nasional dan internasional untuk membahas upaya penguatan kolaborasi multiagama di tengah berbagai tantangan dunia saat ini.
“Jadi konferensi ini akan dihadiri oleh banyak sekali negara, sekali lagi untuk menekankan pentingnya toleransi saling menghormati dan pentingnya perdamaian,” ucapnya.
Baca juga: Jokowi Sambut Kunjungan Imam Besar Al Azhar Mesir Ahmed Al Tayeb
Kemudian pimpinan umat Katolik dunia dari Vatikan, Paus Fransiskus akan berkunjung ke Indonesia pada 3-6 September 2024 yang merupakan bagian dari perjalanan apostolik Paus ke negara di Asia Pasifik, di mana Indonesia jadi negara pertama yang dikunjungi.
“Dan tentu September sebagaimana tadi saya sampaikan bahwa Sri Paus akan Insyaallah melakukan kunjungan ke Indonesia,” ucap Retno.
Retno pun mengatakan dalam kunjungan dan gelaran konferensi internasional itu, Indonesia mengirim pesan penting soal perdamaian, toleransi dan rasa saling menghormati sebagai bentuk diplomasi RI.
Diplomasi RI lanjut Retno, memang kental dengan diplomasi perdamaian dan kemanusiaan.
“Pesan mengenai pentingnya perdamaian, pentingnya toleransi, saling menghormati dan sebagainya akan terus dibawa oleh Indonesia termasuk di dalam diplomasi Indonesia. Karena diplomasi Indonesia kental dengan diplomasi perdamaian dan kemanusiaan,” pungkas dia.