"Banyak yang percaya nepotisme itu tidak berbahaya selama melalui pemilihan."
"Sekarang, perlahan tapi pasti, posisi-posisi elit jabatan negara mulai dikapling oleh elit politik yang kental dengan napas nepotisme," jelas dia, Kamis.
Ray menambahkan, nepotisme yang terjadi di era Jokowi ini mengalami pergeseran dan melebar ke kepentingan partai.
Ia bahkan menyebut, di tengah maraknya nepotisme seperti saat ini, reshuffle kabinet dengan alasan penting atau keefektifan, hanyalah sebuah slogan.
"Kala warga diajak menormalkan nepotisme, maka mereka membagi kekuasaan itu sesama mereka tanpa malu. Apa yang terjadi pada hari ini bagian napas yang sama."
"Elite partai dengan bau nepotisme mendapat jatah kekuasaan. Melebar sedikit adalah berdasar ikatan partai," tutur Ray.
Baca juga: Segini Gaji Thomas Djiwandono, Sudaryono, dan Yuliot Tanjung sebagai Wakil Menteri
"Di negara dengan nepotisme akut seperti kita, prinsip-prinsip di atas hanya slogan. Bukan itu yang jadi pertimbangan utama."
"Pertimbangan utamanya hanya satu: apakah keluarga elite atau teman-teman elite dapat keluasaan atau tidak. Jika tidak, mereka akan membuat jabatan baru dan struktur baru," pungkas dia.
Diketahui, Jokowi resmi melantik tiga Wamen baru di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis.
Selain Thomas dan Sudaryono, Jokowi juga melantik Yuliot Tanjung sebagai Wakil Menteri Investasi.
Yuliot merupakan mantan Deputi Deputi Bidang Pengembagan Iklim Penanaman Modal.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Milani Resti/Malvyandie, Kompas.com/Fika Nurul Ulya)