TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia pada bulan September 2024 mendatang membawa misi dialog dan Perdamaian, sebagai misi sentral Gereja Katolik di dunia dan itu akan disampaikan untuk bangsa Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Romo Markus Solo Kewuta. SVD, selaku Wakil Presiden Nostra Aetate Foundation Dicastery Interreligious Dialogue, Vatican Desk Asia-Pasifik, dalam acara diskusi publik yang diselenggarakan oleh Lafadz Nusantara Center, Sabtu pekan lalu.
"Paus Fransiskus ini datang ke Indonesia bukan hanya untuk Gereja Katolik tapi untuk bangsa Indonesia. Misi yang akan dibawa oleh Paus Fransiskus adalah Dialog, yang itu adalah misi sentral Gereja. Karena bagaimana pun di Indonesia ini yang namanya Dialog Lintas agama ini sudah menjadi bagian dari life style dan itu sudah menjadi bagian dari keseharian kita." Kata Romo Markus Solo.
Pastor asal Indonesia yang bekerja sebagai Kuria Vatikan di bidang Dialog Antar Agama yang akrab dengan sebutan Padre Marco itu berpandangan bahwa, terdapat tiga misi yang akan disuarakan oleh Paus Fransiskus pada saat berkunjung ke Indonesia.
Tiga ensiklik tentang misi sentral Gereja Katolik yang akan disuarakan itu kata Padre Marco, di antaranya, tentang ensiklik Lumen Fidei (Cahaya Iman) ensiklik Laudato dan ensiklik Fratelli Tutti (Persaudaraan Universal).
"Saya ingin memaknai kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini dalam tiga ensiklik, yakni ensiklik Lumen Fidei (Cahaya Iman) pendekatan ini adalah hal mendasar dalam membangun dialog," ungkapnya.
"Kemudian ensiklik yang kedua yakni 'Laodato Si' (Terpujilah engkau Tuhanku). Jadi Paus Fransiskus ini ingin mengangkat tanggung jawab kita bersama sebagai umat beragama yang berbeda-beda ini, bahwa Lingkungan hidup ini adalah tanggung jawab kita masing-masing dan Paus Fransiskus menyebut bahwa, Bumi ini adalah rumah kita semua. Jadi dalam ensiklik ini Paus ingin mengajak kita semua membangun Aliansi Moral."
"Kemudian ensiklik yang ketiga ini adalah 'Fratelli Tutti' yakni tentang persahabatan sosial dan Human Fraternity. Disini Paus Fransiskus menekankan bahwa, seharusnya seluruh umat manusia ini bersatu, karena kita semua ini adalah bagian dari kesatuan manusia yang global. Agama kita boleh berbeda, tapi kemanusiaan kita tetap satu."
"Nah dialog ini bisa dilakukan banyak hal, baik itu dialog kehidupan, dialog kolaborasi, dialog kerjasama atau pun dialog refleksi. Nah untuk memajukan dialog ke arah yang lebih positif maka ada dua hal yang harus dilakukan yakni, rasa saling menghormati dan persahabatan," papar Padre Marco.
Sebagai informasi, diskusi Publik yang diselenggarakan Lafadz Nusantara Center (LNC) itu itu dihadiri oleh enam narasumber yang terdiri dari, Padre Marco selaku Presiden Nostra Aetate Foundation Dicastery Interreligious Dialogue, Vatican.
Duta Besar RI untuk Takhta Suci, Vatikan, Micheal Trias Kuncahyono, Ketua IRRIKA tahun 2017-2018, Romo Leo Mali, Romo Agustinus Heri Wibowo selaku Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia Komisi HAK, Akademisi Nahdhatul Ulama, Kiai Taufik Damas, dan Moh. Shofan Direktur Program Ma'arif Institute.