News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Prakiraan Cuaca

BMKG: Sejumlah Wilayah Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat hingga Awal Agustus

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Prakiraan Cuaca Hujan Lebat (Pixabay/Pexels) - BMKG menyebut, sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang-lebat hingga awal Agustus mendatang. Kondisi ini dipengaruhi oleh Gelombang Ekuator Rossby yang diprakirakan aktif.

TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang hingga awal Agustus mendatang.

Meskipun, saat ini secara umum Indonesia tengah berada di puncak musim kemarau.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh Gelombang Ekuator Rossby yang diprakirakan aktif.

Aktivitas gelombang ini mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di sejumlah wilayah Indonesia.

Selain itu, faktor pemanasan skala lokal juga memberikan pengaruh cukup signifikan dalam proses pengangkatan massa udara dari pemukaan bumi ke atmosfer.

"Dalam sepekan ke depan, terdapat peningkatan potensi hujan di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya Tengah hingga Timur." ungkap Guswanto, dikutip dari Siapan Pers BMKG, Jumat (26/7/2024).

"Mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Maluku Utara, NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua Barat Daya, Papua Selatan," lanjutnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menerangkan, berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG diketahui bahwa dalam skala global, nilai IOD, SOI, dan Nino 3.4 tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.

Madden-Julian Oscillation (MJO) berada pada fase netral tidak berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Sedangkan sirkulasi siklonik terpantau di Samudera pasifik sebelah utara Papua.

Sirkulasi Siklonik ini membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Samudera pasifik sebelah utara Papua.

Baca juga: Warga Jakarta Mulai Khawatir Polusi Udara dan Cuaca Tidak Menentu: Bikin Badan Sakit!

Daerah konvergensi lainnya terpantau di Perairan barat Sumatra Utara dan Sulawesi bagian tengah.

Sementara itu, daerah konfluensi terpantau di wilayah Laut Cina Selatan dan Samudera Pasifik sebelah utara Papua.

Terkait kecepatan angin, lanjut Andri, terpantau terjadi peningkatan hingga lebih dari 25 knot di Laut Andaman, Samudera Hindia barat daya Banten, dan Laut Arafuru, yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di wilayah sekitar perairan tersebut.

Kemudian, Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, NTT, Papua Pegunungan, Papua Tengah dan Papua Selatan.

"Secara umum, kombinasi fenomena-fenomena cuaca tersebut diprakirakan menimbulkan potensi cuaca signifikan dalam periode 26 Juli - 1 Agustus 2024. Angin kencang juga berpotensi terjadi di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Barat," ungkapnya.

Perlu diketahui, meski sejumlah wilayah diprediksi diguyur hujan selama sepekan ke depan, namun karena saat ini Indonesia tengah berada di puncak musim kemarau, maka BMKG tetap mewanti-wanti pemerintah daerah dan masyarakat soal kemungkinan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Baca juga: Gempa M 4,1 Guncang Kuningan Jabar Sore Ini, BMKG: Terasa hingga 7 Wilayah

Utamanya di wilayah langganan karhutla yaitu di Pulau Sumatra dan Kalimantan yang memilki banyak kawasan gambut.

"Kepada masyarakat, kami imbau untuk menggunakan air dengan bijaksana dan hemat. Selain itu, hindari membuka lahan dengan membakar, terutama pada daerah hutan yang bertanah gambut karena mudah terbakar dan sulit dimatikan," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Latifah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini