TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hubungan PKB dengan PBNU yang kian memanas membuat banyak pihak termasuk sejumlah tokoh Muhammadiyah prihatin.
Mereka mendorong agar dua belah pihak segera bertemu dan mencari solusi yang terbaik agar konflik tidak meluas serta mengganggu stabilitas politik saat ini.
"Saya sebagai orang luar tidak dalam posisi untuk mencampuri. Namun pendapat pribadi saya, situasi sekarang terus terang menjadi keprihatinan kita bersama karena dua organisasi ini sangatlah besar. Saya mendorong agar segera ada titik temu dan harapannya di saat Indonesia berada dalam masa transisi pemerintahan ini, prosesnya bisa terlewati dengan baik," ujar Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Imam Addaruqutni kepada wartawan, Kamis (15/8/2024).
Addaruqutni menilai, konflik yang melanda antara PKB dan PBNU ini sudah tergolong berlarut-larut. Jika ini tak segera dicarikan solusi, dia khawatir konflik akan kian meruncing dan merugikan banyak pihak, khususnya bagi warga nahdliyin.
Padahal, dilihat dari sejarahnya, PBNU sebagai ormas Islam dan PKB yang merupakan partai politik bentukan PBNU ini memiliki keterkaitan sangat erat.
PKB, menurutnya, tidak bisa dipisahkan dari garis perjuangan NU karena memang dilahirkan dari para kiai yang bertekad untuk memajukan dan menyejahterakan umat lewat jalur partai politik.
"Kesamaan prinsip dan perjuangan inilah yang seharusnya kita harapkan sebagai jalan untuk menyatukan. Saya optimistis dengan sikap besar hati para tokoh NU maupun PKB, konflik ini bisa berhenti dan mendapatkan solusi yang terbaik bagi kedua belah pihak. Kita ingin suasana yang adem, ayem. Jangan lagi khususnya teman-teman PKB secara konfrontatif menyerang para kiai. Mereka ini panutan umat dan sosok-sosok yang patut dihormati," ujar mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah periode 2006-2010 ini.
Dorongan serupa juga disampaikan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Prof Ma'mun Murod Al-Barbasy. Ma'mun menilai, untuk mewujudkan titik temu antara PKB dan PBNU perlu ada dialog dari hati ke hati.
Ma'mun juga optimistis, penyelesaian kemelut ini akan lebih tepat jika dilakukan tanpa harus melalui jalur hukum atau cara yang bersifat formalistik.
"Justru di NU itu unik karena memiliki banyak kiai yang sangat kharismatik. Peran kiai ini bisa menjadi fasilitator atau jembatan untuk mempertemukan dua kubu yang berkonflik. Saya yakin mereka yang berseteru akan tunduk jika ditengahi para kiai yang dihormati," jelasnya.
Menurut Ma'mun Murod, yang juga mantan salah satu Ketua PP Pemuda Muhammadiyah ini, PKB dan PBNU adalah dua organisasi yang sudah lama berdiri sehingga sangat berpengalaman terhadap berbagai dinamika yang muncul.
Dengan demikian, para pengurus PKB maupun PBNU diyakini bisa berpikir dan bertindak secara dewasa menghadapi setiap polemik atau konflik yang terjadi.
Baca juga: PBNU Sayangkan Ahmad Iman Sukri Ikut Cawe-Cawe Polemik PKB-NU
"Saya justru meyakini kemelut yang melanda antara PKB dengan PBNU hari ini adalah bentuk ujian dan bagian mengokohkan dua organisasi menjadi lebih tangguh ke depan. Jika konflik dikelola dengan sangat baik maka akan menyimpan potensi yang besar," tandas Guru Besar bidang Ilmu Politik UMJ tersebut.