Mantan Ketum Golkar, Airlangga Hartarto, turut menanggapi soal Raja Jawa yang disebut pengganti itu.
Ia berpendapat, keberadaan Raja Jawa hanya eksis pada masa kerajaan di masa lalu, bukan lagi di masa modern seperti sekarang ini.
“Raja Jawa kan zaman Kerajaan dulu, bukan zaman sekarang,” ujar Airlangga di Jl-Expo, Kamis (22/8/2024).
Di sisi lain, wartawan sempat menyinggung mengenai ketidakhadirannya di acara Munas Golkar kemarin, namun ia tidak mau menjawab.
3. Pengamat Politik, Adi Prayitno: Hanya Bahlil dan Tuhan yang Tahu
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, juga menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia mengenai Raja Jawa.
Ia mengatakan, sosok Raja Jawa yang dimaksud Bahlil hanyalah dirinya sendiri dan Tuhan yang mengetahui.
“Hanya Bahlil dan Tuhan saja sebenarnya yang tahu, siapa sebenarnya yang disebut dengan Raja Jawa,” kata Adi, dikutip dari tayangan YouTube Kompas.tv, Jumat (23/8/2024).
Menurutnya, Raja Jawa tersebut, ialah menuju pada penguasa Indonesia saat ini, yakni Presiden RI Joko Widodo atau pemimpin selanjutnya, Presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Kalau mau jujur, sebenarnya publik mendefinisikan Raja Jawa itu adalah konotasinya presiden terpilih atau presiden saat ini yang sedang berkuasa, karena mayoritas yang menjadi presiden adalah berasal dari Jawa,” tambahnya.
Adi menyebut, hal itu merupakan peringatan yang disampaikan oleh Bahlil secara terbuka di depan seluruh kader Partai Golkar pada saat musyawarah nasional (Munas).
Ia pun menganggap, hal itu sebagai bentuk ancaman kepada para kadernya agar tidak resisten terhadap pemerintah.
4. Idrus Marham: Itu Guyonan Politik Bukan Sikap Politik
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Golkar, Idrus Marham, justru terkesan seolah membela Bahlil Lahadalia.
Ia mengatakan, hal yang disampaikan oleh Bahlil merupakan guyonan politik belaka dan bukan sikap politik.
"Harus dibedakan sebuah pernyataan politik dengan guyonan politik. Jadi guyonan politik bukan pernyataan politik, pernyataan politik itu adalah sikap. Kalau guyonan politik kan kamu bicara masalah ini, apalagi Pak Jokowi dianggap Raja Jawa," kata Idrus, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (21/8/2024).
Menurutnya, pernyataan Bahlil tersebut, menyinggung tentang program kerja Partai Golkar agar tidak dianggap main-main oleh para kader partai, namun diungkapkan dengan guyonan.
5. Hasan Nasbi: Publik Bebas Menafsirkan
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, turut merespons pernyataan Bahlil.
Menurutnya, pernyataan Bahlil tersebut disampaikan di acara partai politik, maka sifatnya politis.