Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril mengatakan dr Aulia dipalak Rp20 hingga 40 juta per bulan oleh seniornya.
Padahal, dr Aulia menempuh PPDS Anestesi dibiayai beasiswa Kemenkes RI.
"Permintaan uang ini berkisar antara Rp20 juta hingga Rp40 juta per bulan," terang Syahril, Minggu (1/9/2024).
Syahril menyebut pungutan tersebut diduga menjadi penyebab awal depresi yang dialami dr Aulia sebelum mengakhiri hidup.
Sebab, pungutan sebesar itu dinilai sangat memberatkan dr Aulia dan keluarga.
"Pungutan ini sangat memberatkan almarhumah dan keluarga."
"Faktor ini diduga menjadi pemicu awal almarhumah mengalami tekanan dalam pembelajaran karena tidak menduga akan adanya pungutan-pungutan tersebut dengan nilai sebesar itu," kata Syahril.
Undip Akui Adanya Pungutan
Guru Besar Fakultas Kedokteran Undip, Prof Zainal Muttaqin mengakui adanya iuran bulanan sebesar Rp30 juta bagi mahasiswa PPDS Anestesi.
Menurut Zainal, pungutan tersebut hanya berlaku bagi mahasiswa semester 1.
Terkait pungutan yang harus dibayarkan dr Aulia semasa hidup, Zainal menganggapnya bukan termasuk pemalakan.
Zainal memastikan uang tersebut merupakan uang iuran dari rekan-rekan seangkatan dr Aulia.
Adapun dr Aulia dipercaya menjadi penanggungjawab iuran angkatan.
“Si R kebetulan dia pengelola, penanggung jawab angkatan, dia mengumpulkan uang sebesar Rp 30 juta per bulan dari teman-temannya, bukan untuk seniornya, tapi untuk makan mereka sendiri,” ujar Zainal, dikutip dari Kompas.com, Senin.
Baca juga: DPR Sebut Bullying di PPDS Undip Perbuatan Kriminal: Bukan Lagi soal Fisik & Mental, tapi Pemerasan
Ia menjelaskan, mahasiswa PPDS Anestesi Undip diwajibkan membayar iuran Rp3 juta per bulan selama satu semester.