TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), K.H Yudian Wahyudi memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multi Pihak atau High Level Forum on Multi Stakeholder Partnership (HLF-MSP yang baru saja digelar di Bali awal bulan September 2024 lalu.
Ia berharap forum tersebut memiliki manfaat besar bagi Indonesia dan dunia terkait program pembangunan berkelanjutan.
"Semoga ini menjadi manfaat bagi Indonesia dan belahan Dunia khususnya peserta HLF MSP," ujar Yudian dalam pernyataan persnya yang diterima Tribun, Selasa(10/9/2024).
Baca juga: RI Punya 129 Juta Anak Muda, Kepala BPIP Khawatir Jika Tak Paham Pancasila: Membahayakan Negara
Kepala BPIP juga menyebut Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955 menjadi tonggak sejarah dan terus disebutkan dalam agenda pertemuan tersebut. KAA di Bandung menjadi harapan dunia peserta forum HLF-MSP untuk terus memperkuat kerjasama di segala bidang terutama pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Suharso Monoarfa menegaskan, diperlukan langkah transformatif dan kerja sama internasional yang lebih kuat antarnegara di belahan bumi selatan untuk mencapai agenda tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) 2030.
Ia menyatakan, langkah tersebut diperlukan karena negara-negara di belahan bumi selatan menghadapi tantangan yang cukup berat, seperti pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, defisit infrastruktur, gangguan pada rantai pasokan global, serta maraknya kebijakan proteksionis yang menghambat dan mengikis kepercayaan global terhadap lembaga internasional.
Suharso mengutip penelitian dari Organisasi Perdagangan Dunia(WTO) yang menunjukkan skenario di mana dunia terbagi menjadi dua blok perdagangan yang berbeda. Pembagian ini berpotensi menyebabkan penurunan 5 persen dalam produk domestik bruto (PDB) global dan fragmentasi perdagangan internasional.
"Pembagian ini berpotensi menyebabkan penurunan produk domestik bruto (PDB) global sebesar 5 persen dan fragmentasi perdagangan internasional," ujar Suharso.
Perdana Menteri Timor-Leste Xanana Gusmao juga menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah Indonesia atas penyelenggaraan HLF-MSP dengan menyoroti fokusnya pada isu-isu penting bagi negara-negara berkembang dan negara-negara berkembang di belahan bumi selatan, seperti yang ditunjukkan Indonesia pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955.
Baca juga: PPI Se-Jakarta Kritik BPIP Soal 18 Paskibraka Perempuan Lepas Jilbab
Konferensi Asia Afrika di Bandung kata dia memperkenalkan prinsip-prinsip penting bagi kerja sama Selatan-Selatan, seperti penghormatan terhadap kedaulatan, non-intervensi dalam urusan dalam negeri, penyelesaian sengketa secara damai, dan penerapan hukum internasional secara universal.