Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus peneliti Populi Center Usep S. Ahyar merespons pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden RI ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beberapa waktu lalu.
Diketahui, pada pertemuan tersebut, Jokowi dan SBY sepakat mendukung penuh pemerintahan ke depan di bawah kepemimpinan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka.
Usep menilai, pertemuan dua tokoh pemimpin bangsa ini dinilai sebuah sejarah dalam perjalanan kepemimpinan Indonesia.
Keduanya, menunjukkan sikap negarawan sejati yang mengingingkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Adapun dukungan Jokowi dan SBY yang notabene mantan presiden ke-6 itu merupakan suatu hal yang positif bagi pemerintahan Prabowo-Gibran ke depan.
“Ketiga tokoh ini, Jokowi, SBY dan Prabowo secara politik dalam kerangka ketemu dalam satu kepentingan, saling mengokohkan. Pak SBY ikut tergabung koalisi, Jokowi ingin pemerintahannya soft landing dan Prabowo ingin mengkonsolidasi partai di pemerintahannya menjelang dilantik menjadi presiden,” kata Usep, kepada wartawan Rabu (25/9/2024).
Usep menambahkan pernyataan dukungan Presiden Jokowi dan SBY saat bertemu di Istana Merdeka belum lama itu pastinya semakin memantapkan dukungan politik, khususnya dari Partai Demokrat yang sejak Pilpres 2024 lalu sudah tergabung di Koalisi Indonesia Maju (KIM).
“Pemerintahan Prabowo dikokohkan dengan adanya pertemuan itu,” ujarnya.
Sementara dari sisi yang lain, Usep nengatakan dukungan dari SBY dan Presiden Jokowi kepada penerusnya ini harus dijadikan tradisi dan contoh yang baik untuk saling mendukung membangun Indonesia.
Karena menurutnya situasi politik menjadi lebih kondusif dan masyarakat melihat ini senang sebab pemimpinnya akur dan saling mendukung.
“Kalau dari sisi yang lain, saya kira baik-baik saja ketemu ya ini akan positif di mata masyarakat, bahwa ngasih contoh yang baik. Secara psikologis masyarakat biasanya senang melihat elit-elitnya akur,” paparnya.
Meskipun kata Usep, dalam politik pasang surut antar elit atau tokoh sering terjadi karena perbedaan kepentingan, namun seharusnya mampu dikelola dengan baik agar tidak terjadi konflik yang bisa merugikan masyarakat.
“Tapi dalam politik itu yang natural pasti akan ada berbeda kepentingan, bisa saja berseberangan kepentingan dan itu biasa saja, tidak ada yang menyangka antara Pak Jokowi dengan Bu Mega tiba-tiba di akhir kepemimpinannya juga bersimpangan jalan. Pak SBY juga kan begitu ada pasang surutnya dengan Pak Jokowi hal yang wajar,” ungkapnya.