Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia pernah berpotensi menjadi negara yang mampu memproduksi pesawat sendiri pada tahun 1990-an silam.
Namun karena krisis moneter melanda Tanah Air pada 1997, pesawat pertama karya anak bangsa, pesawat N250 gagal mendunia.
17 tahun berselang tepatnya di tahun 2014, asa Indonesia menjadi negara yang mampu memproduksi pesawat sendiri kembali bangkit lewat proyek pesawat N219.
"Kita bangkit lagi tahun 2014 dengan dimulainya proyek N219. Pesawat tersebut memang bukan pesawat yang mutakhir," kata Program Manager N219 Amphibi, Directorate of Technology & Development PT Dirgantara Indonesia, Budi Sampurno kepada Tribunnews.com di hanggar N219, Bandung, Jumat (27/9/2024).
Meski bukan pesawat yang mutakhir, kata Budi, pesawat tersebut dibutuhkan Indonesia saat ini.
Baca juga: Kisah Pesawat N250 Karya BJ Habibie, Gagal Mendunia Karena Krisis Moneter
Lewat studi pada periode 2012-2013 menunjukkan banyak pesawat bekas sekelas N219 masih dioperasikan di Papua.
"Bergerak dari situ kita membuat pesawat ini supaya pesawatnya lebih bagus dan keamanannya juga lebih bagus," kata Budi.
"Karena pesawat bekas memang ada umurnya. Dari sana kita survei market, kita coba mendesain pesawat requirement dioperasikan di Papua maka lahirlah N219 ini," lanjutnya.
Diterangkan Budi pesawat N219 murni dikerjakan insinyur-insinyur muda PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
Baca juga: PT DI Incar 2 Kontrak Pengadaan Pesawat di Pameran Indo Defence 2022
"Dan kita banyak dibantu oleh tenaga-tenaga spesialis insinyur yang dulu dihasilkan pada waktu pengembang N250, yang sudah pensiun kita tarik kembali," kata Budi.
Para senior insinyur pesawat N250, mendampingi insinyur-insinyur muda saat ini.
"Jadi kurang lebih ada sekitar 30-50 spesialis ini mendampingi sekitar 200-an insinyur muda. Dan alhamdulillah pesawat ini dari 2014 bisa kami selesaikan sampai dapat sertifikasi di Desember 2020," terangnya.
Setelah mendapatkan sertifikasi, kemudian PT DI melakukan tes peminat di pasar dirgantara untuk pesawat N219.
"Dari penetrasi ke market tersebut alhamdulillah sekarang kita sudah mendapatkan kontrak untuk TNI AD ada 6 unit," kata Budi.
"Kemudian untuk Republik Kongo itu ada 5. Dan kemarin di Bali ada dua lagi oleh MAP yang nantinya dioperasikan di daerah kepulauan Riau," ucapnya.